Minggu, 01 Agustus 2010

The difficult choice

Angin berhembus kencang menerpa wajahku. Kuletakan sebuah buket bunga ‘disamping’nya. Mataku berair dan air itu membasahi lekuk pipiku. Hujan yang cukup deras tak kuhiraukan. Gemuruh suara guntur tak menakutkanku seperti rasa takutu saat mengingat dirinya. Rasanya aku ingin mendekapnya, tapi....

Satu

“Menyedihkan ya..??”ucap Aryan setelah mengakhiri ceritanya. Ia tersenyum tipis dengan kumpulan air mata di pelupuk matanya. Sambil berbaring di lantai atap sekolah dan menatap langit yang berwarna biru cerah ia menceritakan bagaimana ia bisa putus dengan pacarnya, Ryena.

Cowok berkacamata ini adalah Aryan, ia kerap disapa dengan nama Ryan. Ryan adalah seorang keturunan Amerika dan Sunda. Tubuhnya berpostur tinggi berisi, kulitnya putih bersih dan hidungnya mancung dengan ideal-seperti orang Amerika pada umumnya. Namun mata dan rambutnya berwarna hitam-seperti orang Asia. Rambutnya sedikit berantakan karena tertiup oleh angin, namun tetap terlihat serasi dengan wajahnya yang sangat cute. Ia satu tahun lebih tua dariku, namun terkadang sifatnya bisa lebih kekanak-kanakan daripada aku. Tapi itulah daya tarik dari seorang Ryan.

“Sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Jalani masa depan”komentarku kemudian karena aku bingung harus menjawab apa. Aku merasa sedih karena sahabatku sejak kecil ini dikhianati oleh pacarnya yang menurutku biasa-biasa saja tapi disisi lain juga aku senang kalau Ryan tau kalau gadis yang ia sayangi itu selalu mempermainkan perasaan orang dan.... Aku juga menyukai Ryan sejak dulu, namun ia tidak pernah mengetahui perasaanku yang sesungguhnya.

Hubungan Ryan dengan adik kelasnya yang bernama Ryena telah terjalin semenjak satu tahun yang lalu, namun diakhiri dengan pengkhianatan Ryena yang berani menduakan Ryan dengan Cass-sahabat Ryan sendiri. Itulah yang membuat Ryan tambah sakit hati. Sebenarnya aku sudah bilang padanya bahwa menurutku gadis yang bernama Ryena dan sahabatnya yang bernama Cass itu seperti ada sesuatu yang lain yang membuat mereka tetap bertahan dengan Ryan, namun Ryan malah menganggap ucapanku hanya bualan belaka.

Sebenarnya Ryena cukup cantik. Ia seorang blasteran Perancis dan Indonesia. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung dengan ideal. Hanya saja bibirnya terlihat aneh karena berwarna hitam. Entah karena ia merokok atau tidak yang pasti itu sangat merusak penampilannya. Sedangkan Cass-dia adalah keturunan China. Matanya sipit dan otaknya cemerlang. Ia cukup tampan menurutku, namun ketika ia tersenyum itu sungguh menyeramkan. Karena senyumannya aneh dan..Mengerikan!!

Aku sendiri hanya seorang gadis yang biasa-biasa saja. Aku orang Indonesia yang dibesarkan di Indonesia. Tak ada yang istimewa dariku. Hanya saja wajahku sedikit oriental, jadi tak sedikit siswa yang memasukan surat cintanya ke lokerku. Bahkan adik kelaspun ada yang mengirimkan surat cintanya, namun aku menolaknya karena aku menyukai Ryan.

“Iya juga sih..”balas Ryan setelah diam sesaat. Aku tak bisa membayangkan apa yang ada dipikirannya. Menyesalkah ia karena meletakan seperempat lebih hatinya untuk seorang gadis yang mengkhianati dirinya dengan sahabatnya sendiri?? Menyesalkah ia mengabaikan nasihatku agar menjaga jarak dari kedua anak itu?? Menyesalkah ia karena mengabaikan...perasaanku?? Bukan.. bukan mengabaikan. Tapi tidak mengetahui.

“Gue yakin lo bisa dapetin cewek yang lebih baik dari si Ryena. Secara gitu lho, lo kan blasteran, cakep, putih tinggi, ketua OSIS plus peringkat satu pula! Kurang apalagi coba?”

Ryan tersenyum tipis. “Fisik, apa yang diraih dan popularitas gak menjamin lo bakal disukain oleh orang yang lo suka. i’ts about heart. Dan yang paling penting lo harus punya kepribadian yang baik dan unik supaya bisa menarik perhatian orang yang lo suka”komentarnya kemudian.

“Tapi kalau boleh jujur, lo baik kok! Terus juga asyik and apa ya... umm.. susah dijelasin deh! Pokokya lo tuh gak ada cacat-cacatnya satupun bagi gue. Tapi lo jangan kegeeran gara-gara gue puji ya!”

Ryan tertawa kecil. “Gue sedang melayang karena dipuji sama seorang Naya alias Miss Shena Senior High School”ucapnya.

“Tapi gue serius kok, Ry! Kalau gue jadi Ryena, gue gak bakal ngelepasin lo. Apalagi ngeduain lo. Tapi gue gak mungkin jadi Ryena, cause gue gak mungkin jadian sama lo”

Kali ini Ryan tertawa lepas. “Gue gak bisa bayangin kalo lo jadi cewek gue, Nay. Bisa-bisa 2012 kali ya?”komentarnya sambil bangun dari tidurnya.

“Gue juga gak bisa bayangin lo jadi cowok gue. Bisa-bisa tiap detik kita terancem putus”

“Iya, ya. Umm... kenapa lo tiba-tiba bilang kalo seandainya lo jadi Ryena lo gak bakal ngelepasin gue?”

“Gue Cuma pengen memotivasi lo aja. Aslinya sih gue juga akan memilih Cass cause Cass gak dadong kaya lo”

“Oh gitu..”gumamnya. “Masa??”

“Ih gak percaya!”

“Emang nggak”

“Terserah”

“Jangan-jangan lo suka sama gue ya, Nay?”olok Ryan.

“Apaan sih lu! Gak mungkinlah!”sahutku seraya memukul lengan Ryan.

“Mmm??”ledek Ryan dengan wajah mengejek.

“Apaan sih lu!”kesalku. aku tak tahu bagaimana ekspresi wajahku sekarang. Yang pasti wajahku memanas.

“Muka lo merah. Lo suka sama gue ya??”

“Amit-amit deh gue suka sama lo!”bohongku.

“Terus kenapa muka lo merah?”

“Mana gue tau! Mungkin karena panas kali”

“Beda Naya ku sayang”

“Haa??”

“Kalo muka lo merah gara-gara matahari gue tau merahnya kaya gimana. Tapi muka lo yang sekarang merah ini kaya waktu lo...”

Aku mulai berdebar-debar. Jangan-jangan ia mengetahui perasaanku yang sesungguhnya??

“Kaya waktu lo nahan mau ke kamar mandi”lanjut Ryan dengan wajah innocent.

“Sialan lu, Ry!”

“Hahahahaha”Ryan tertawa dengan brutalnya. Tapi aku senang karena ia dapat tertawa kembali.

“Udah napa! Lo mah ngetawain gue mulu!”kesalku karena Ryan tidak berhenti tertawa.

“Abis lu kaya badut, Nay!”

“Sialan lu!”

“Serius, Nay! Sumpeh ane jujur~”

“Diem lu, dadong!”

“Naya badut~Naya badut~”

“Ah udahan ah, Ry... Gak seru tau!”

“Eh lo ganti gelar aja, Nay! Kan lo itu Naya sang Miss Shena Senior High School ganti jadi Naya si Badut Shena Senior High School”olok Ryan lalu kembali tertawa.

“Najis lu, Ry! Jayus tau gak?”

“Suka-suka gue dong”

“Cih..Eh, cabut yuk! Gue laper”

“Terus apa hubungannya sama gue?”

“Lo nraktir gue kek! Paling nggak nganterin gue pulang. Lo kan bawa motor”

“Emangnya supir lo kemana?”

“Supir gue mesti ngejemput mama, terus ngejemput ade gue pula. Cause mobil mama lagi dibengkel”

“Bunda Vina udah pulang daritadi, kan?? Ade lo juga bentar lagi, kenapa gak bareng ade lo aja?”

“Nanti kelamaan, Ry... Gue males”

“Kenapa tadi lo gak bawa motor?”

“Motor gue mau dipake kakak gue buat hang out

“Emang kapan hang outnya?? Siang?? Kan lo bisa make duluan. Kalo diomelin ama Teh Sara lo kan bisa bilang Bunda Vina. Nanti pasti Bunda Vina ngebelain lo”

“Gak bisa, Ry. Tuh kakak kucrut udah bawa motor dari pagi. Yang kesisa Cuma yang supra. Males gue bawa yang supra. Masih trauma ama kecelakaan waktu SMP dulu”

“Lha, tadi pagi gue liat Teh Sara naek Supra”

“Masa?”Aku berpura-pura syok.

“Najis lu!”sindir Ryan

“Hehehe”

“Bilang aja lo mau nauk motor CS 1 gue-motor impian lo”

Aku terkekeh. “Gue kan udah lama gak naek motor lo, Ry. Gue juga gak dibeliin CS 1 sama mama. Gue kan jadi gak bisa bawa motor sendiri”

“Lha, lo kan punya Pa Rio. Napa gak pake Pa Rio lo itu?”

“Gue males bawa Pa Rio. Gue kan sukanya CS 1”

“Dulu siapa ya yang nangis-nangis minta dibeliin Pa Rio??”sindir Ryan dengan lembut.

“Itukan dulu, sekarang mah beda”sahutku dengan cepat.

“Napa lo gak nangis kaya dulu aja, Nay? Kan biar dibeliin lagi ama ortu lo”

“Gue udah sering nangis-nangis ke ortu gue, tapi tetep gak dibeliin”

“Nasib. Yang sabar ya!”

“Sialan lu!”

“Lagian siapa juga ortu yang mau beliin barang mahal buat anaknya kalo dipake Cuma sebentar doang?”

“Kalo gue punya CS 1, gue gak bakal menyia-nyiakannya”

“Lo dulu juga ngomong gitu waktu minta Pa Rio”

“Emangnya kapan gue nyia-nyiain si Pa Rio?”

“Lha, buktinya Pa Rio lo Cuma jadi pajangan di garasi lo aja. Mana jarang dipanasin lagi. Rusak deh tuh motor”

“Bodo! Motor gue ini”

“Katanya gak menyia-nyiakan Pa Rio...”

“Udah ah! Bawel banget sih lu! Ayo traktir gue makan di steak 21”seruku lalu berdiri dari dudukku dan membesihkan rok seragamku yang sedikit kotor karena debu yang menempel.

“Males ah, Nay. Nanti aja-gue masih pengen disini”

Aku menarik lengan Ryan. “Buruan! Perut gue udah nanyi keroncong!”

Mau tak mau Ryan pun bangkit dari duduknya. “Eh, lu jadi orang tau diri dikit apa! Masih mending mau ditraktirin-masih aja minta cepet”semprotrnya kemudian. Kami berjalan menuju tangga turun. Angin berhembus memain-mainkan rambutku dan rambut Ryan. Sekolah sudah sepi sejak pukul 10 tadi karena para guru sedang rapat untuk menyiapkan ulangan umum nanti.

“Suka-suka gue! Apa peduli lo? Apa urusannya sama lo? Gue ini yang gak tau diri”sahutku tak mau kalah.

“Lo mah gak bisa dikritik sama sekali”kritik Ryan.

“Kalo yang ngritik gue si Hasvian sih, gue bisa”

“Amit-amit lu!”Aku hanya dapat tertawa kecil ketika mendengar kritikan Ryan.

“Eh, abis ini kita maen di FW yuk!”ajakku seraya mengaduk-aduk milkshake strawberry yang aku pesan tadi sebagai pelengkap beef steak yang ku pesan.

“Lu tau diri dikit apa, Nay. Udah bagus gue mau nraktir lo di steak 21, masih aja lo malakin gue”komentar Ryan. “Dompet gue mulai tipis nih! Belum dapet gaji bulanan dari nyokap”sambungnya sambil menunjukan dompetnya yang tebal.

Aku menyambar dompet itu. “Segini tipis, Ry?? Bilang aja lo gak mau gue seneng”Aku membuka isi dompet Ryan. “Segini dikit?? Lima ratus ribu lo bilang dikit?? Bentar lagi kan lo gajian, Ry”tambahku sambil menunjukan lima lembar uang seratus ribuan. Sebenarnya di dalam dompet itu terdapat pula beberapa lembar uang duapuluh ribuan, sepuluh ribuan dan lima ribuan, tapi aku tak mengambilnya karena terlalu banyak.

“Bukan gitu, Nay”Ia meraih uangnya beserta dompetnya yang aku pegang. “Gue pengen ngasih sesuatu yang istimewa di hari ulang tahun cewek yang gue cintain selama ini”tambahnya kemudian.

“Ok. Sekarang gue udah diapus dari kehidupan lo. Emang ultah cewek yang lo cintain itu kapan sih??”komentarku dengan nada ditekan pada kata dihapus dan cintain.

“Nay, lo jangan ngomong kaya gitu dong! Gue gak bakal ngapus lo dari kehidupan gue lah!”

Hari ini Steak 21 cukup ramai akan pengunjung. Suara gemuruh orang-orang yang sedang bercakap-cakap tertangkap oleh indera pendengaran kami. Lantunan musik Jazz terdengar dari Speaker yang diletakan hampir di setiap sudut.

Kulihat Ryan sedang sibuk memasukan uang-uangnya dan menghitung isi dompetnya. Ia terlihat memelas setelah lama berpikir, mungkin targetnya tidak terpenuhi gara-gara aku minta ditraktir makan. Hmm....rasanya jadi gak enak...

“Ok, terus kapan cewek yang lo maksud itu ultah?”tanyaku kemudian

“Masih lama sih, Nay. Mei”jawab Ryan sambil memasukan dompetnya ke saku celananya.

“Mei? Sama kaya gue dong?? Eh, jangan bilang lo Cuma nyiapin kado buat cewek yang lo cintain itu”

“Nggak lah, Nay. Gue udah memikirkan dan merancang kejutan apa yang bakal lo terima taun ini beserta kadonya dari gue. Lo gak bakal nyangka deh!”

“Alah, paling juga gue dikerjain kaya taun-taun sebelumnya”komentarku dengan santai.

“Nggak dong, Nay. Gak kreatif banget kalo tiap taun gue ngerjain lo”

“Lho? emang lo gak kreatif, kan?”

“Sialan lu, Nay!”

“Jadi, lo mau ngasih kado gue apa?”

“Lo gak bakal nyangka kalo gue ngasih kado itu. gue berani jamin”

“Oh”

“Lo juga pasti seneng gue kasih kado itu”

“Jadi, lo bakal ngasih gue CS 1 baru??”

“Ya nggak, Nay”

“Berarti CS 1 lo dong?? Kok bekas sih?? Tapi gak pa-pa deh, yang penting CS 1. thanks ya, Ry!”

“Bukan CS 1, Nay”

“Terus apa?”

“Ada deh”

Aku mencibir mulutku.

“Jelek lu Nay kalo cemberut kaya gitu”

“Biarin! Yang jelek gue ini”

Aku menatap layar laptop apple ku. Kursor di layar laptopku berkedap-kedip menunggu ketikan tanganku. Aku menghela nafas berat, lalu menyimpan hasil ketikanku di draft e-mailku.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku tak menggubrisnya, lalu pintu itu pun dibuka oleh seseorang di luar sana.

“Teh Naya!”sapa adikku menganggetkanku dari belakang. Lalu ia ikut telengkup di sampingku.

“Apaan sih, Pino?”tanyaku sedikit kesal karena merasa sedikit terganggu.

“Teteh, aku ada PR nih”jawab Vino-adik laki-lakiku yang kembar.

“Terus?? Apa hubungannya sama teteh??”

“Teteh bantuin aku ngerjain PR yuk!”

“Bantuin atau ngerjain??”

“Teteh mah...”

“Huaaaaa!!”teriak seorang gadis kecil dari luar sana. Aku bergegas keluar kamar, meninggalkan Vino dan menuju ke bawah-ke sumber suara.

“Kenapa, Vin??”tanyaku panik.

“Itu ada kucing!”sahutnya dengan heboh.

“Kamu dicakar??”

“Nggak”

“Terus kenapa??”

“Kucingnya lucu banget teh! Mirip aku”

“Haa??”

Tiba-tiba saja Vino muncul dari belakangku. “Mana kucingnya, Vin?”tanya Vino yang rupanya mendengar percakapan kami.

“Itu”sahut Vina sambil menunjuk seekor kucing kampung lucu yang sedang tiduran diatas karpet ruang tengah.

“Ih lucu banget! Pasti ini tipe kucing Kanggora”komentar Vino sok tahu.

“Iya! Pasti Kanggora, buktinya kucingnya lucu”balas Vina tak kalah sok tahunya.

“Anggora, bukan kanggora”kritikku pada mereka berdua.

“Anggora mah nama temen les kita. Ya kan, Pin?”

“Bukan, Vina. Itu mah Aurora”

“Anggora tau”

“Aurora”

“Anggora”

“Aurora”

“Anggoraa”

“Eh iya deng Anggora”

GUBRAK!!! Kukira Pino jauh lebih normal dari Vina, ternyata mereka gak jauh beda dadongnya. Aku hanya dapat melongo melihat tingkah laku adik kembarku ini yang sangat aneh dan ngaco. Vina Sasnya Yana, adik perempuanku yang sangat sok tahu, lebay dan narsis. Umurnya baru 6 tahun dan ia lebih tua 5 menit dari Vino-adik kembarnya. Vina suka sekali berguling-guling dilantai dan suka hilang ketika kami sedang jalan-jalan di mall, begitu kami menemukannya ia sedang asyik memakan es krim atau coklat yang diberi oleh orang yang dibuntutinya. Ia juga suka mengaku-ngaku bahwa dia adalah kembarannya si artis seksi, Katty Perry. Entah mengapa harus artis seperti Katty Perry, padahal ia masih anak kecil.

Vino Sasnya Wirawan, adik laki-lakiku yang juga merupakan adik kembar Vina. Ia kerap disapa Pino karena ia sering membual seperti Pinokio. Katanya ia berbohong karena ia ingin hidungnya mancung seperti Pinokio, padahal hidungnya sudah mancung dengan ideal. Lagipula hidung Pinokio kan panjang bukan mancung. Pino selalu meminta sesuatu yang aneh dan melakukan sebuah percobaan. Dulu ia pernah mencoba menambahkan es batu ke mangkuk baksonya dengan alasan untuk mendinginkan baksonya. Dan dengan rasa bangga ia berteriak ‘Teteh bakso aku dingin dong! Mmm... enak!’.

“Hihihi”Vina dan Vino cekikikan. Aku terhenyak dari lamunanku, lalu aku menghampiri mereka yang tengah berjongkok di depan kucing tersebut.

“Pino! Vina! Kenapa kucingnya dikasih susu punya kalian?!”pekikku ketika mendapati sebuah mangkuk berisi susu putih dan dua botol susu yang kosong dan terbuka.

“Kucingnya laper teh”jawab Vina dengan polos.

“Kalo laper mah dikasih makan. Bukan dikasih susu”sewotku.

Vino menatapku dengan tatapan polos. Ia berjalan kearah dapur, lalu ia kembali dengan membawa sebuah sosis salmon-sepertinya ia baru mengambil dari lemari es, karena aku ingat sekali itu sisa makan malam kemarin. Aku pun terhenyak. Don’t say...

“Pino, sosisnya buat apa?”tanyaku dengan sedikit khawatir. “Jangan bilang buat... Kucing!!”pekikku lagi karena Vino meletakan sosis itu dilantai. Terang saja kucing itu mencaploknya dan membawa kabur sosis itu.

“Pino!!”

“Kenapa teh? Kan tadi teteh bilang kalo laper dikasih makanan, bukan susu. Ya udah aku kasih sosis aja”jawab Vino dengan polos.

“Iya teh, tadikan teteh bilang begitu berarti Pino gak salah”timpal Vina.

Aku menghela nafas berat.

“Gak gitu juga Vina, Pino. Jangan ngasih makanan atau minuman kalian ke kucing liar. Kalo kucingnya punya penyakit gimana?”ucapku pelan

“Kaya Flu burung gitu ya, teh?”tanya Vino.

“Tapi kucing kan bukan burung”kritik Vina yang baru sekali ini benar. Rupanya ia bertambah pintar. “Berarti nama penyakitnya Flu kucing ya teh?”tambahnya ngaco.

“Bukan! Mana ada Flu kucing, ya gak teh?”sewot Vino. Aku hanya menganggukan kepala dan menanti jawaban bodoh apa yang akan dilontarkan oleh Vino.

“Yang ada tuh Flu mamalia!”ucap Vino dengan bersemangat.

Tuhkan.... gak bakal beda jauh deh dadongnya dia sama Vina.

“Oiya ya! Aku lupa!”sahut Vina membenarkan. Aku hanya dapat menggeleng dan berdecak melihat kedadongan adik-adikku ini.

“Teteh aku laper”melas Vina sambil menarik bajuku.

“Iya teh.. aku juga”timpal Vino seraya memegangi perutnya.

“Iya, teteh bikinin nasi goreng sama jus apel ya?”

“Ok!”sahut mereka berdua lalu berlari kearah ruang makan. Aku mengikuti mereka dari belakang karena dapur kami berada di samping ruang makan.

“Teh pelayan, nasi goreng spesialnya satu sama jus apel ya! Yang cepet lho!”teriak Vina dari ruang makan menirukan ketika mama sedang memesan makanan di Resotoran. Tapi bodohnya ia memanggilku ‘Teh Pelayan’. Ckckck...dia memang aneh.

“Kalau kamu mau pesen apa Pin?”tanyanya kemudian.

“Teh pelayan, pesananku sama dengan Vina”teriak Vino meniru Vina. “Hanya saja tolong nasi gorengnya diberi air jus apel sebagai kuahnya. Karena minyak itu tidak sehat. Berdasarkan penelitian di Amerika 52% orang di dunia meninggal karena mengkonsumsi minyak terlalu banyak”sambungnya yang terdengar sedikit ilmiah.

“Emangnya kenapa, Pin?? Kok bisa?”tanya Vina yang terdengar interests.

“Lagian mereka minum minyak terus! Gak mau makan, gak mau minum minuman selain minyak, jadi kena DBD deh!”jawab Vino ngawur. Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala sambil membuatkan nasi goreng dan jus apel untuk mereka.

“Oh gitu... Tapi DBD itu apa sih, Pin?”

“Masa kamu gak tau?? Demam Berdarah, Vin”

“Kalo itu mah DB atuh”

“Oh iyaya! Berarti kalo DBD itu Demam Berdarah Darah”

“Berarti demamnya sampe berdarah-darah gitu ya, Pin?”

“Iya”

“Hey! Kalian jangan ngaco deh!”ucapku dari dapur dengan sedikit berteriak.

“Ngaco apaan sih teh??”

“DBD itu bukan demam berdarah-darah”

“Terus apa dong, teh?”

“Pasti Demam Berdarah Daki”

“Apa hubungannya sama daki, Pin?”

“Nggak tau aku juga. Mungkin dakinya berdarah”

“Ih Pino jorok!”

Aku gak tahan mendengar mereka berbicara yang tidak-tidak, aku pun segera membetulkan “DBD itu Demam Berdarah Dengue”

“Oh... gitu...”komentar Vina sok ngerti. “Udah aku bilangin kan, Pin-orang Demam berdarah Dengdeng”

“Bukan dengdeng! Tapi dengeu”

“Enakan dengdeng daripada serundeng”

“Iya ya! Enakan dengdeng”

Aku hanya dapat menghela nafas melihat kedadongan mereka berdua.

From : Ryan

Nay, don’t forget to return my book, okay??

To : Ryan

Okay.. nyantai aja bos sama gue mah

From : Ryan

Kalo lo lupa, lo gue sembelih ya?

To : Ryan

Emangnya gue kambing apa?!

From : Ryan

Lo emang bukan kambing, tapi mbe

To : Ryan

Apa bedanya?!

From : Ryan

Tau! Cari tau aja sendiri!

Eh lo udah makan?

To : Ryan

Dadong lu!

Udah.. Lo ndriri??

From : Ryan

Udah juga. Lo lagi apa, Nay?

To : Ryan

Lagi nidurin ade-ade gue. Lo ndiri??

From : Ryan

Vina sama Pino gak ada perkembanganna tuh?? Hehe

Gue sih lagi smsan ma lu aja Nay

To : Ryan

Yaa gitu deh. Begitu-begitu aja dari dulu, bahkan mundur!

Lo gak smsan sama CEWEK YANG LO CINTAIN, Ry??

From : Ryan.

Umm...gimana ya?? Eh tulisannya kurang gede tuh! Kurang mantab!

Kenapa sih kok tulisan ‘cewek yang lo cintain’nya gede banget?? Jealous ya?? >_n

To : Ryan

Buat apa gue cemburu?? Gue gak ada hak buat cemburu sama lo dan gue juga gak ada alesan buat cemburu sama lo. Jadi sorry aja, Ry

From : Ryan

Bilang aja lo cemburu! Gak pa-pa kok Nay. Gak bakal ada yang marah

=3

To : Ryan

Ogah deh gue cemburuin orang dadong and cacat kaya lo!

From : Ryan

Wetawetawetaweta

XD

To : Ryan

Huuu~ ketawanya ngikutin gue

From : Ryan

Biarin apa Nay. Milikmu, milikku tapi milikku ya milikku.

To : Ryan

Gak adil itu mah! Kecuali milikmu milikku juga. Biar gue bisa make CS 1 lo ke tempat yang gue suka. sepuasnyaaaa!!!!!

From : Ryan

Amit dah lu Nay.

To : Ryan

Hehehe Eh udah dulu ya, Ry. Gue ngantuk! Mau bobo

From : Ryan

Iya, tidur gih sana.

Sleep tight

To : Ryan

Oyasumi

n_n

From : Ryan

Bintang, tolong temenin orang yang gue sayang ini tidur. Biar dia gak kesepian karena aku gak mungkin ada disana untuk menemaninya. Bulan, tolong sinari malam indahnya agar ia tidak ketakutan karena aku pun tak dapat bersinar bila tak ada dirinya. Angin malam, sampaikan padanya bahwa aku sangat menyayanginya dan tak ingin melihatnya sedih dan terluka. Sampaikan pula rinduku padanya. Lagit malam, tolong tenangkan hatinya dengan warna indahmu biarkan ia bermimpi dan cepatlah berganti karena aku tak sabar untuk bertemu dengan dirinya.

Met tidur my Little angel

Aku tersenyum tipis, lalu meletakan ponselku diatas meja dan beranjak tidur.

Dua

Langit sudah berwarna hampir biru cerah. Jam tanganku menunjukkan sudah pukul 06.45, padahal bel masuk akan berbunyi pada pukul 07.00 dan perjalanan dari rumahku untuk sampai ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 15 menit-itu belum termasuk jika nanti macet parah dalam perjalanan. Hari ini aku bangun kesiangan. Huh!!

“Pagi, Nay!”sapa Ryan ketika ku mendapatinya sedang duduk diatas CS 1 miliknya waktu aku akan berangkat sekolah. Ia tersenyum cerah melihatku. Mungkinkah ini sebuah pertanda?

“Ngapain lo di depan rumah gue?? Sorry gue gak ada recehan”balasku dengan sarkas padahal aku senang Ryan kemari. Cause sejak ia pacaran dengan Ryena, dia jarang sekali main ke rumahku. Paling-paling hanya mengantarku sampai portal dan ia langsung mutar balik ke arah rumahnya.

“Kok lo gitu sih, Nay?? Gue kan lagi berbaik hati nih mau nganter lo ke sekolah”komentarnya.

“Ada geledek apa lo mau nganterin gue?”

“Ya gak ada geledek apa-apa kali, Nay. Emangnya gak boleh? Toh lu kan jogaku”

“Jogaku??”

“Jomblo gak laku!”

“Sike lu! Gue laku tau! Lo tau kan banyak banget surat cinta yang masuk ke loker gue tiap harinya?? Lo tau kan banyak cowok yang langsung nembak gue di lapangan sekolah?? Lo tau kan kalo lagi white day gue selalu dapet coklat and permen terbanyak di sekolah??”

“Mereka tuh Cuma kasian sama lu, Nay. Katanya kasian Naya, masa Miss Shena gak pernah ditembak sama cowok?”

“Ok. Mereka kasian sama gue, terus apa hubungannya sama lo nganterin gue?”

“Iseng. Mau ngegodain Miss Shena aja”

“Yaudah cepetan! Sebelum gue berubah pikiran”

“Kok lo yang ngancem sih, Nay? Udah bagus gue anterin pake CS 1”

“Yaudah, gue bareng supir gue aja”

“Ya ya ya yaah Nay, mah ngambek!”

“Bodo!”

“Jangan cemberut gitu dong, Nay! Nanti cantiknya ilang lho!”

“Gue sih mau cemberut ato nggak tetep cantik”

“Najis lu, Nay!”

“Udah cepet anterin gue, nanti gue terlambat!”

“Siap Miss Shena!”

“Nay, tadi Ryena ke kelas gue”kata Ryan ketika kami sedang berada di kantin untuk makan siang.

“Terus??”tanyaku acuh tak acuh sambil melahap bakso rudal yang sangat enak.

“Dia minta maaf ke gue atas perilakunya yang kemaren”

“Oh”

Kami terdiam sejenak. Suara gemuruh siswa-siswi lain Shena Senior High School menghiasi pendengaran kami. Ryan diam menatapku sementara aku tetap melahap bakso seolah-olah tidak menyadari bahwa ia sedang memperhatikan aku.

“Nay”panggilnya.

“Mmm??”

“Ryena minta balikan”

Aku terbelalak. “Terus kenapa??”tanyaku sok tak acuh.

“Yaa gak kenapa-kenapa sih, Nay. Gue kira lo bakal...”

“Bakal apa??”

“Ah, nggak”

Kami kembali terdiam dalam kebisuan. Aku tetap melahap bakso porsiku meskipun sebenarnya aku sudah tidak punya nafsu makan setelah mendengar cerita Ryan tadi.

Hhh... Apa Ryan akan menerima Ryena kembali?? Tidak mungkin, kan?? Kan Ryena sudah mengkhianatinya. Dia pasti akan menolak Ryena. Ya, Pasti! Tapi Ryan kan masih sayang pada Ryena. Buktinya kemarin dia sampai mengangis setelah putus dari Ryena. Bagaimana kalau dia menerima Ryena kembali?? Tidak. Aku tidak mau hal itu terjadi. Meskipun aku tau cinta tak harus memiliki, tapi setidaknya dia tak boleh bersama gadis yang telah mengkhianatinya! Aku tidak terima bila hal itu terjadi! Lalu, apa yang harus aku lakukan?? Apakah aku harus mengungkapkan perasaanku padanya?? Bagaimana kalau ia tidak memiliki rasa padaku?? Lalu, hubungan kami merenggang karena aku terlalu berani mengambil lompatan besar dalam hubungan kami. Aku tak sanggup bila harus benar-benar terpisah olehnya. Aku-sangat tidak sanggup.

“Menurut lo gimana, Nay??”tanya Ryan memecah keheningan yang berlangsung cukup lama.

“Maksud lo?”tanyaku sok tak mengerti.

“Gue harus gimana?? Nerima dia lagi?? Atau... Nolak??”

“Yaa itu sih tergantung lo, Ry. Kalo lo masih sayang sama dia and bisa nerima apa yang udah dia lakuin ke lo yaa terima aja. All of people have a freedom for change and they have a chance. So, follow your heart. Gue kan gak tau isi hati lo, Ry”

“Gue sih masih sayang sama Ryena. Tapi gue udah buletin tekad gue kalo gue bakal ngerjar cewek yang paling gue suka, yang paling gue sayang dan yang paling gue cinta. Gue gak mau dia gak tau sama perasaan gue selama ini. Yaa meskipun gue gak tau dia ada rasa atau nggak sama gue, tapi... gak ada salahnya mencoba, ya kan??”

“Terserah lo deh, Ry! Everything makes you happy

“Lo emang sobat yang paling ngertiin gue, Nay! Lo mau nemenin gue selama ini. Sabar dari kedadongan gue selama ini, nasehatin gue, selalu ada buat gue. Thanks ya, Nay! Apapun yang terjadi nanti, gue gak bakal berubah”

“Maksud lo?”

Forget it! Nay, gue ke kelas dulu ya! Mau baca buku, takut ulangan”

“Emang hari ini kelas lo ada ulangan apa?”tanyaku.

“Gak tau sih. Bu Nifa sih gak bilang, tapi takut aja Nay”

“Kalo ada ulangan kan Bu Nifa slalu ngasih tau”

“Yaa kan siapa tau aja, Nay”

“Ah, itu sih elo aja yang mau pacaran sama buku pelajaran kesayangan lo-Fisika”

Ryan terkekeh.

“Najis lu, Ry! Tembak aja tuh buku, jangan HTS an gitu. Siapa tau tuh buku juga naksir sama lo”

“Eh gue itu udah nikah sama si Fisi”

“Waw, lo nikah gak ngundang-ngundang gue lu! Nanti anak lo sama si Fisi kaya gimana bentuknya, Ry? hahahaha”

“Hahaha. Tau ah! Kok jadi ngawur gini sih?? Gue cabut dulu ya, Nay!”

“Iye. Pergi lu sana!”

“Wah, lu ngusir gue Nay?”

“Emang iya! Emang napa?”

“Ah, lu mah jahat banget sama gue, Nay”

“Bodo!”

“Lu mah gitu...”

“Pergi lu sana! Atau nggak lu bayarin bakso and jus punya gue nih!”

“Iya, iya. Gue pergi ya Nay”

“Iye!”

Bye bye, Nay”Punggung Ryan pun menghilang di tengah keramaian anak-anak yang berlalu-lalang.

Kelas sepi pada saat bu Dini menerangkan tentang klasifikasi hewan. Aku terus memperhatikan Nifa karena aku tak mau nilai semesterku jelek.

“Nay”panggil Gichalica-teman sebangku ku.

“Kenapa, Cha?”tanyaku yang masih fokus ke papan tulis ketika Bu Nifa menerangkan pelajaran Biologi.

“Lo kok akhir-akhir ini deket banget sama senior Aryan??”

“Gue ama dia emang udah temenan dari kecil kali, Cha”

“Tapi, dulu kan dia gak seperhatian ini sama lo. Bahkan, dia sempet nyuekin lo kan waktu dia masih jadian sama si Ryena”

“Gak tau, dapet hidayah kali tuh orang”jawabku asal-asalan.

“Kayaknya dia suka sama lo deh, Nay”

“Gak mungkinlah, Cha. We are just a friend-best friend

“Tapi dia tuh perhatian banget ke lo, Nay! Gue yakin dia suka sama lo”

“Siapa sih yang nggak suka Naya Neviana?”narsisku.

“Najis lu, Nay! Gue serius tau!”

“Hehe. Udahlah, Cha. Mau dia suka sama gue kek, mau nggak kek yaa gak penting juga kali, Cha. Itu gak bakal ngubah apapun”

“Nay, lo jangan negatif thinking gitu dong! Jangan pesimis”

“Bukannya pesimis, Cha. Tapi menghadapi kenyataan”

“Nay, lo tuh cakep, pinter, Miss Shena pula! Kurang apa lagi coba?”

“Udahlah, Cha. Biologi tuh penting, buat ulum. Perhatiin and ngertiin tuh fisika”

“Ah, lo mah...”

Aku melangkah masuk kedalam pekarangan rumah dan menutup pintu pagar yang berada di belakangku. “Teh Naya pulang!! Teh Naya pulang!”seru Vino sambil berteriak masuk kedalam rumah.

“Teh Naya pulang!”sahut Vina tak kalah heboh.

“Emang kenapa sih kalo teteh pulang?”tanyaku dengan heran.

“Kita mau ngasih makan kucing yang kemaren teh. Tapi pengasuh Nana gak ingizinin kita”

“Teteh juga gak bakal ngizinin kalian”

“Yaah teteh, kita kan gak punya peliharaan. Aku pengen ngasih makan hewan”timpal Vino.

“Iya, teh. Kita pengen ngasih makan hewan tapi gak punya peliharaan. Makanya kita pengen ngasih makan kucing yang sering kesini”tambah Vina.

Aku berpikir sejenak, lalu menghela nafas panjang.

“Kalo teteh beliin hamster bakal kalian rawat gak??”tanyaku dengan pasrah.

“Pasti teh!”sahut Vino dan Vina hampir bersamaan.

“Yaudah nanti kita ke Ciwalk, nyari hamster di pet shop”

“Makasih teteh! Teteh baik deh!”

“Teh Sara udah pulang belum?”

“Tadi sih udah teh, tapi berangkat lagi sama A Ilham”jawab Vino.

“Iya, katanya mau ngedet”Vina menimpali.

“Ngedate??”

“Iya”

“Kalian udah makan?”

“Udah. Teteh, aku mau bobo”

“Aku juga”sahut Vino.

“Yaudah, nanti kita bobo. Tapi teteh bikinin susu buat kalian dulu ya?”

“Iya”jawab Vina lalu berlari ke kamarnya. Sementara Vino masih membuntutiku di belakang.

“Kok kamu gak ikut keatas, Pin??”tanyaku.

“Aku mau susu, teh”jawab Vino.

“Iya, nanti teteh bikinin. Kamu keatas aja sama Vina”

“Tapi susunya jangan rasa hp ya?”

“Maksudnya?”

“BB”

“Emang kamu tau maksud dari BB??”

“Beni Bau??”

“Sok tau kamu!”

“Emangnya BB apa teh??”

“BlackBerry”

“Berarti hpnya enak ya teh kalo dijilat??”

“Iya kali”

“Berarti hp Teh Sara enak ya?”

“Coba aja sendiri!”

“Kalo hp teteh kan soner. Soner itu buah apa teh??”

“Soner mah bukan buah, kasep”sahutku seraya menuangkan tiga sendok makan ke dalam botol susu.

“Terus apa dong teh?”tanya Vino penasaran. “Sayuran ya teh?”

“Bukan juga, Pin”

“Terus apa?”

“Soner itu Sony Ericsson”

“1 pengetahuan baru buat Pino”

“Apaan tuh, Pin?”

“Ternyata makanan itu selain ada buah dan sayuran ternyata ada juga Soni Eriksen”

“Bukan begitu”

“Terus?”

“Ah kamu mah banyak tanya! Udah keatas sana”

“Tapi teh, aku pengen susu rasa hpnya Teh Sara ya??”

“Gak ada!”

“Terus adanya apa??”

“Adanya Vanilla”

“Umm... aku nggak mau”

“Kalo coklat mau??”

“Aku gak suka coklat, sukanya vanilla”

“Terus??”tanyaku sambil meredam kekesalanku.

“Vanilla aja”jawab Vino lalu berlalau dari hadapanku. Rasanya aku ingin berteriak keras.

Aku sedang asyik mendengarkan musik yang terdengar dari laptopku melalui winamp. Terdengar lagu 1000 Words. Aku larut dalam lantunan lagu itu yang dinyanyikan oleh Jade from Sweetbox yang sangat padu dengan musik mengiringi lagu itu.

 
"Save your tears cause I'll come back"
I could hear that you whispered as you walked through that door
But still I swore
To hide the pain when I turn back the pages
Shouting might have been the answer
What if I'd cried my eyes out and begged you not to depart
But now I'm not afraid to say what's in my heart
 
Though a thousand words
Have never been spoken
They'll fly to you
Crossing over the time and distance holding you
Suspended on silver wings
 
And a thousand words
One thousand confessions
Will cradle you
Making all of the pain you feel seem far away
They'll hold you forever

Ponselku berdering-pertanda ada seseorang yang seang menghubungi nomerku. Aku berjalan kearah meja belajarku untuk meraih ponselku yang kuletakan disana. Kulihat layar ponselku-Hasvian!!

“Halo??”sapaku lewat telepon.

“Halo Nay, lagi apa?”balas Hasvian disebrang sana.

“Lagi dengerin lagu aja, Vi. Kamu sendiri?”

“Aku lagi nelepon kamu”

“Ah, maksud aku tadi”

“Oh, tadi abis ngerjain PR. Oh ya, kamu udah ngerjain PR belum??”

“Udah dong! Aku mah rajin, emangnya kamu”

“Hehehe. Udah makan belum, Nay?”

“Belum”

“Mau makan diluar?”

“Umm..gimana ya... Mau sih tapi aku harus jagain Vina sama Pino cause Teh Sara belum pulang, Mama and Papa lagi dines ke Jakarta”

“Kamu mau makan apa, Nay?? Nanti aku bawain deh kesana”

“Gak usahlah, Vi. Aku makan aja apa yang ada di rumah. Masih ada nugget and sosis kok di frezzer”

“Nay, kamu tuh jangan sreing-sering makan makanan beku. Gak sehat. Terlalu instant. Aku bawain aja ya??”

“Nggak usah, Vi”

“Please Nayku. Aku juga kangen sama kamu, akhir-akhir ini kamu sibuk banget sama Ryan. Emangnya kamu gak kangen sama aku??”

“Bukannya gitu, Vi..”

Honey, please! Aku tau kamu pasti masih marah gara-gara aku gak dateng waktu kamu reunian, ya kan??”

“Aku...”

Please, Nay”

Aku menghela nafas berat. “Okay, kamu boleh kesini”

“Nah gitu dong! Kamu mau makan apa, Nay??”

“Umm... Masakan padang aja, Vi. Terserah lauknya apa”

“Ok. Nanti aku kesana ya”

“Iya”

Bye, Nay. I love you

See ya, Love you too”sambungan telepon kami pun terputus. Aku kembali menghela nafas lalu menghempaskan tubuhku diatas kasur empuk tempat tidurku.

Kalian benar, Hasvian adalah pacarku. Kami telah menjalin hubungan selama 5 bulan lebih. Hasvian sangat baik padaku, aku juga suka padanya-namun hal itu tidak mengalahkan perasaanku pada Ryan. Makanya ketika aku mengetahui bahwa ia berpacaran dengan Ryena, aku hancur lebur. Sampai suatu saat Hasvian datang dan menyatakan perasaannya padaku. Kupikir tak ada salahnya menjalin hubungan dengan orang yang kusuka, telebih orang yang kucinta telah bersama orang lain. Apakah aku harus merusak hubungan mereka??

Hasvian adalah orang kedua yang kusuka, karena yang pertama adalah Ryan. Hasvian juga pacar pertamaku karena sebenarnya selama ini aku selalu menunggu Ryan. Ryan pun begitu, ia selalu menunggu cinta pertamanya sampai ia benar-benar kehilangan harapan karena gadis yang sangat beruntung itu menyukai pria lain. Pada akhirnya ia bertemu Ryena yang waktu itu bertabrakan dengannya di depan perpustakaan. Menurut Ryan, Ryena manis. Mereka pun menjadi sering berhubungan dan sampai suatu saat Ryan mengungkapkan perasaannya pada Ryena-Ryena pun menerimanya.

Ryena...Hasvian...

Kenapa harus ada mereka di dalam hidupku??

Telingaku menangkap suara bel yang sedang berdentang. Aku meninggalkan film yang sedang ku lihat di tv lalu melangkah mendekati pintu. Kubuka pintu rumahku.

“Nayku”sapa Hasvian sambil tersenyum cerah.

“Ayo, Vi-masuk. Vina sama Pino lagi diatas, lagi main bajak laut-bajak laut an”balasku sambil memperlebar bukaan pintu.

“Permisi”ucap Hasvian.

“Duduk aja, Vi”ujarku mempersilahkan Hasvian duduk di bangku ruang tamu. Sementara aku berjalan kearah dapur tanpa menutup pintu rumahku untuk menghindari fitnah.

Aku kembali ke ruang tamu sambil membawa dua piring, sebakul kecil nasi, dan dua gelas orange squash lalu meletakannya diatas meja ruang tamu.

“Nay”panggil Hasvian.

“Apa?”

“Ah, nggak”Aku mengerutkan dahiku. Lalu menyendok secentong nasi untuk makan malam. Ah... Rasanya aku lapar sekali...

“Ngapain lo disini, Ry?? Kangen sama gue??”tanyaku kepada Ryan yang tengah duduk di motornya-di depan rumahku,

“Gue bukan kangen sama lo! Tapi kangennya sama Vina... Pino juga sih”jawab Ryan dengan santai.

“Najis lu! Lo suka sama anak kecil ya?”

“Kan Pino juga, Nay. Lo jangan cemburu gitu”

“Ih amit deh gue cemburuin lo! Mending juga cemburuin Hasvian!”

“Tadi Hasvi kesini??”

“Yap! Dia ngapelin gue”

“Kan sekarang bukan maming”

“Emang kalo ngapel mesti maming aja apa?”

“Yaa nggak juga sih..”

“Eh Vina sama Pino udah tidur, Teh Sara belum pulang-duduk di depan rumah aja ya!”

“Iya Nay. Tapi suguhannya yang banyak ya, Nay!”

“Ah bawel lu! Buruan masukin motor lu!”ujarku seraya membuka lebar pintu gerbang rumahku.

“Gimana hubungan lo sama Hasvi??”tanya Ryan ketika kami sedang asyik berbincang-bincang di pelataran rumahku..

“Baik-baik aja, Ry-alhamdulillah”sahutku sambil menegak jus stroberi milikku.

“Oh”komentar Ryan dengan singkat.

Hembusan angin malam meniupkan wajah kami berdua. Bulan dan bintang sedang menatap kami dari atas sana. Gelapnya malam menyelimuti langit yang dengan indahnya ditaburi bintang. Ryan tampak keren malam ini, ia mengenakan kemeja putih panjang yang dipadukan dengan sweater hitam dan celana black jeans. Sepertinya rambutnya diberi sedikit gel karena malam ini rambutnya tertata rapi. Kami hanya diam dan diam. Tak ada kebisingan. Tak ada suara. Sunyi...

Aku tak tahu apa yang sedang ia pikir kan sekarang karena ia hanya terdiam tanpa menatapku. Matanya yang indah itu sedang memandang langit malam yang tak bertepi. Matanya tampak berkilauan. Atau berkaca-kaca?? Tapi kenapa??

“Nay, gue pengen curhat sama lo”ucap Ryan tiba-tiba.

“Mau curhat apa, Ry?? Gue siap kok dengerin curhatan lo”

“Gue bingung, Nay”

“Bingung kenapa?”Aku mengerutkan dahiku.

“Lo tau kan gue cinta sama seseorang??”

“I...ya??”jawabku ragu.

“Lo tau juga kan gue sayang sama Ryena??”

“He’eh”

“Gue bingung harus milih yang mana, Nay. Cewek yang gue cinta atau cewek yang gue sayang”

Aku berpikir sejenak sebelum memberikan komentar. “Ada pesan bijak yang berisi ‘Jangan tinggalkan orang yang kau cinta, demi orang yang kau sayang karena orang yang kau sayang akan meninggalkanmu demi orang yang ia cintai’ sejauh ini sih gue Cuma bisa ngasih saran gitu aja, Ry cause gue juga bingung”

“Tapi dia udah suka sama cowok lain, Nay. Mungkin sayang-atau bahkan cinta. Lagian gue kalah jauh sama cowok itu, Nay”

“Ry, lo selalu bilang ke gue ‘Jangan pesimis dan harus optimis’ sekarang gue balikin lagi kata-kata lo JANGAN PESIMIS DAN HARUS OPTIMIS!”

Ryan tersenyum tipis. “Masalahnya beda, Nay. Ini masalah hati. Bukan Cuma hati gue, tapi hati dia dan Ryena. Gak bisa Cuma modal gak pesimis and optimis, Nay. Bahaya kalo salah ambil keputusan. Gak Cuma gue yang sakit, tapi dua orang yang penting bagi gue juga! Kalo Cuma gue sih, mau sakit 1000 kalipun gak pa-pa”

Aku hanya dapat terdiam mendengar jawaban dari Ryan. Ryan begitu dewasa dan sangat romantis bagiku. Baginya, lebih baik ia yang terluka daripada Ryena dan gadis itu. Hhh-beruntung sekali gadis itu dan Ryena, menjadi orang terpenting dalam hidupnya Ryan. Andai aku salah satu dari mereka...

“Ry, apapun pilihan lo-gue slalu dukung lo. Asalkan itu buat lo bahagia, gue pun lega and bahagia juga. Lagian kok lo jadi lembek gini sih, Ry?? Biasanya juga lo kan gampang banget nentuin pilihan cinta. Coba udah berapa puluh cewek yang lo tolak?? Belum lagi yang PDKT sama lo tapi gak lo respon”

Ryan tertawa kecil. “Kalo nolak and gak ngerespon sih gampang banget, Nay! Kalo masalah hati itu susah banget! Dijamin kalo lo yang dapet masalah kaya gini, lo bakal bunuh diri dengan minum isi septic tank!”

“Sike lu, Ry! Nggak juga kali, gue tuh juga sama kaya lo!”

Ryan mengernyitkan dahinya. “Sama kaya gue?? Maksudnya??”

“Ah, ng-nggak!”

“Naya...”

“Apa?”

“Kasih tau, gak??”

“Nggak!”

“Haa lo mah begitu...”

“Bodo!”

“Nay...”panggil Ryan dengan memelas.

“Apa?”

“Kasih tau...”

“Nggak”

“Ah, Naya mah...”

“Ok, gue kasih tau. Tapi lo jangan bilang-bilang Hasvian ya??”

“Iya”

“Janji??”

“Janji”

“Pokoknya walopun kita marahan, lo gak akan ngasih tau hal ini ke Hasvian!”

“Iya”

Aku menelan ludahku. “Sebenernya gue juga lebih ‘cenderung’ ke cowok lain”ucapku kemudian.

“Maksud lo?”Ryan mengernyitkan dahinya.

“Gue suka sama Hasvian-tapi gue juga cinta sama orang lain”

“Gue kenal gak sama cowok itu??”

“Kenal. Kenal banget malahan...”

Lucky guy

“Maksud lo??”

“Iya, cowok itu beruntung banget bisa dicintain sama Miss Shena yang sangat pintar, cantik, populer dan baik”

“Tapi cowok itu sayang and cinta sama orang lain, Ry...”

Pity Naya..”komentar Ryan. “Tabah ya!”ujarnya sambil mengusap-ngusap kepalaku dan tersenyum manis.

Tahukah kau Ryan kalau orang yang kumaksud adalah kamu?? Tahukah kau Ryan kalau aku sangat mencintaimu?? Tahukah kau Ryan kalau selama ini aku memendam perasaan ini sendiri?? Tahukah kau Ryan kalau aku selalu cemburu bila kau cerita tentang Ryena?? Apalagi gadis yang kau cinta... Sungguh membuatku iri.

Aku sedang asyik membaca buku Biologi ku. Suara gemuruh teman-teman sekelas tak mengganggu konsentrasi belajarku. Aku tetap terfokus pada materi yang sedang kupelajari kini. Sampai ada salah seorang teman sekelasku yang memanggilku.

“Nay! Ada yang nyariin tuh!”ucap Kania dengan sedikit berteriak.

Aku mendongakkan kepalaku. Lalu melirik kearah pintu-tak dapat kulihat orang yang mencariku. Lalu, aku pun berdiri dari bangku ku dan melangkah kearah pintu kelas.

Aku tersentak ketika ku melihat bahwa yang mencariku adalah Ryena!! Ada perlu ada dia kesini?

“Ada perlu apa ya??”Tanyaku sok baik kepada Ryena.

“Kak, aku pengen ngomong sama kak Naya. Bisa gak??”tanya balik Ryena.

Apa yang akan kau bicarakan padaku, hah?? Setelah kau merebut orang yang kucinta dan kau melukainya, kau masih berani menemuiku dan mengajakku bicara?? Berani sekali kau!

“Mau bicara apa ya?”tanyaku jutek.

“Kakak marah sama Ryena ya?”

“Untuk apa marah??”

“Gara-gara perlakuan Ryena ke kak Ryan”

“Meskipun gue kesel sama lo gara-gara pengkhianatan lo ke Ryan, tapi kalo Ryan udah maafin lo apa pantes gue marah ke lo??”

“Tapi kak Naya nunjukin kalo kakak kesel sama aku!!”

“Kok jadi lo yang sewot sih?”kesalku lalu melangkah masuk ke dalam kelas.

“Kak, tunggu!”Ryena menarik lenganku.

“Lo tau diri dikit dong, Rye! Kalo lo punya salah setidaknya jangan masih sewot gitu. Meskipun gue tau ini masalah lo sama Ryan, tapi gue sahabat Ryan dari kecil! Gue lebih sakit hati lo memperlakukan dia kaya gitu!”

“Ok aku minta maaf, Kak! Aku juga minta maaf ke kakak”

“Gak semudah ngangkat jari-jari lo”balasku dengan sinis.

“Apa yang harus aku lakuin supaya Kakak maafin aku??”tanya Ryena dengan mata berkaca-kaca.

“Lo gak nghianatin sahabat gue”jawabku dengan nada menyindir.

“Ok, I will not

“Bukan ‘I will not’ tapi ‘I never’”

“Kak, waktu gak bisa berputar. Semua itu udah terjadi, aku tau aku salah tapi...”

“Lo emang salah, Rye. Lo mau bilang kalo lo khilaf?? Udah pasaran yang kaya gitu mah. Asal lo tau, hal ini gak bakal kejadian kalo lo ngikutin saran gue buat gak terlalu deket sama Cass!”

“Maaf, Kak! Maaf!”

“Udahlah, Rye. Mending lo jangan kesini lagi. Gue sibuk”

“Kak!”

“Ada apa ini??”tanya Hasvian yang tiba-tiba muncul diantara kami.

“Tau ah, Vi. Tanya aja sama tuh cewek!”jawabku dengan sarkas lalu melangkah ke dalam kelas. Namun tangan seseorang mencegahku. Aku pun menoleh ke belakang. Ryan..

“Lo gak bisa kabur gini aja, Nay. Ini masalah gue, tapi lo ikutan masuk dalam masalah ini. Jadi kita harus nyelesain ini bareng-bareng”ucap Ryan.

“Kalo gue gak mau gimana??”tanyaku dengan sinis.

“Lo gak bisa gitu, Nay”

“Iya, Nay. Bagaimanapun juga, kamu udah masuk ke dalam masalah mereka. Kamu harus nyelesain ini, Nay”timpal Hasvian.

“Okay”sahutku kemudian.

Namun bel masuk berbunyi. Seluruh siswa mulai kembali ke kelasnya masing-masing. Ryena pun menunduk.

“Udah bel tuh! Jadi gak bisa, cause gue bukan anak bandel yang bisa bertindak seenaknya. Jadi sorry aja ya!”ucapku dengan sinis lalu masuk kedalam kelas.

“Naya!”panggil Hasvian yang menyusulku. Sementara Ryan dan Ryena... Aku tak tahu apa yang terjadi diluar sana.

Sepulang sekolah aku langsung menjatuhkan diriku ke kasur empuk ku. Aku meraih bantal dan mengangis sejadi-jadinya. Tak peduli Vina dan Pino memanggil-manggil namaku dari luar, tak peduli bila Teh Sara mendengar tangisanku. Dan tak peduli sama semua ini!!

“Nay, buka pintunya”pinta Teh Sara dari luar berselang mengetuk-ngetuk pintu kamarku yang telah dikunci sebelumnya.

“Naya pengen sendiri dulu, Teh”sahutku dengan suara serak.

“Nay, kamu tuh kenapa sih?? Ada masalah?? Jangan dipendem and ditanggung sendirian dong Nay. Siapa tau Teteh bisa bantu”

“Ini masalah Naya sendiri, Teh. Gak ada sangkut pautnya sama Teteh”

“Nay, come on! Sejak kapan kamu jadi tertutup sama Teteh??”

Aku menenggelamkan wajahku kebantal yang sudah lembab oleh air mataku sendiri. Ya, selama ini aku selalu menceritakan masalahku pada Teh Sara. Semuanya-dari mulai teman-temanku sampai orang yang kubenci. Teh Sara pun tahu kalau sebenarnya aku mencintai Ryan. Jadi ia hampir mengetahui semua rahasiaku.

Aku menghela nafas sejenak lalu melangkah ke arah pintu kamarku dan membukanya.

“Naya, kamu pucet banget! Kenapa sih??”panik Teh Sara ketika melihatku.

“Teteh....”Tangisku pecah didalam bahu Teh Sara.

“Nay, pulang sekolah lo jangan pulang dulu ya!”Pinta Ryan dengan menatap mataku.

“Kalo sempet ya”jawabku sambil menghindari tatapan Ryan.

“Nay”

“Apa?”

“Lo marah sama gue?”

“Nggak”

“Terus kenapa lo nyuekin gue gini??”

“Emang?? Perasaan biasa aja deh”sahutku ketus.

Ryan menunduk. “Gue ke kantin dulu ya, Nay”ucapnya kemudian lalu meninggalkanku sendiri.

Di sinilah kami berempat membahas masalah kami. Aku duduk disamping Hasvian, sementara Ryan duduk di tengah dan Ryena di depanku.

“Sekarang gue mau tanya, kenapa waktu itu lo marah-marahin Ryena?”tanya Ryan sambil melihat kearahku.

“Gue gak marah-marah kok! Biasa aja kali!”nyolotku.

“Nay!”

“Naya, kalo kamu gini terus masalah ini gak bakal selesai”komentar Hasvian.

“Kalian semua gak bakal ngerti perasaan gue”sahutku dengan ketus.

“Ya tapi lo jangan marah-marahin Ryena kaya gitu dong, Nay!”marah Ryan.

“Terserah gue dong, Ry! Kalo pun emang ada yang dibenci sama Ryena,itu pasti gue!! Bukan elo!! Jadi lo gak perlu khawatir”semprotku tak mau kalah.

“Tapi gak bisa gitu juga kali, Nay! Kalo lo salah, yaa lo harus minta maaf! Lo slalu ngajarin gue minta maaf and memaafkan! Nyatanya lo sendiri gak bisa lakuin hal itu kan?!”

“Gue ini! Bukan elo!”

“Nay, you’ve changed

“Bodo!”

“Nay, bisa gak kita selesain masalah ini baik-baik??”

“Kalo gak bisa gimana?!”

“Nay, please

Aku hanya bisa diam sambil memasang wajah jutek.

“Gue baru tau kalo sebenernya lo itu egois! Gue baru tau kalo lo itu jahat! Gue baru tau kalo lo itu suck! Dan sekarang gue bener-bener marah sama lo, Nay!”Ryan pun berteriak dengan kesalnya.

Aku melihatnya tanpa bisa berkata apa-apa. Air mataku mulai mengumpul di kedua pelupuk mataku. Rasanya hatiku tersayat oleh kata-kata Ryan-orang yang kucinta.

“Ok, thanks atas kejujuran lo”ucapku sambil menunduk.

“Nay... i’m so sorry... gue emosi”lirih Ryan.

It’s okay... gue pulang dulu ya,. Anggep aja masalah ini udah selesai”ucapku berusaha untuk menenangkan diriku sendiri. “Dan anggep aja kita gak saling kenal”tambahku kemudian lari berlari menjauhi mereka.

“Nay!!”panggil Ryan dan Hasvian hampir bersamaan. Ryan mencoba untuk mengejarku tapi tangan Ryena mencegahnya.

Please, kak! Jangan tinggalin Ryena...”pinta Ryena pada Ryan. Sementara itu Hasvian berhasil menyusulku.

“Nay!”panggil Hasvian yang masih berlari dibelakangku untuk menyusulku. Aku tetap melangkah cepat untuk menghindarinya karena aku sedang mengangis.

“Nay!”panggilnya lagi setelah berhasil menarik lenganku.

“Vi, apa gue bener kaya apa yang dibilang Ryan??”tanyaku pada Hasvian.

“Nggak, Nay. Cuma entah kenapa hari ini kamu keliatan seperti itu”jawab Hasvian.

“Gue gak layak buat lo, Vi. Naya Neviana yang egois gak akan pernah layak buat bersanding dengan cowok perfect idaman siswi-siswi Shena. Gue...”

Tiba-tiba saja Hasvian mengecup bibirku. #1 kiss...Dalam sekitar satu detik kami berciuman. Lalau Hasvian terseyum kepadaku.

“Nay, bagaimanapun kamu, seegois apapun kamu. Aku akan tetep ada disamping kamu, Nay. Aku sayang banget sama kamu. Aku gak pernah ngerasa sebahagia ini sama seorang cewek. Pokoknya apapun yang terjadi aku akan slalu disamping kamu, Nay. You’re my beloved hime and always be my hime”ucapnya kemudian.

“Thanks, Vi”Aku tersenyum tipis untuk membalas senyumannya. Sebenarnya hatiku begitu tersayat ketika mendengar ucapannya. Mengapa aku tidak bisa mencintai orang yang mencintaiku?? Mengapa aku mencintai orang yang benci terhadapku?? Mengapa??

Hasvian memeluk erat tubuhku. “Nay, aku sayang banget sama kamu”ucapnya.

“Iya, aku tau”jawabku sambil membenamkan wajahku ke dadanya yang bidang.

Tiga

Sudah hampir 5 bulan aku dan Ryan tak saling bertegur sapa. Sebenarnya Ryan selalu menyapaku bila kami bertemu, bahkan ia kerap ke kelasku untuk mengolok-olok ku ‘Naya si badut Shena’. Tapi aku slalu tidak mengacuhkannya, sehingga ia pun berhenti mengunjungi kelasku semenjak sekitar 1 bulan yang lalu. Bukannya aku tidak mau berdamai dengannya hanya saja....

“Nay, kok kamu bengong begitu sih?”tanya Hasvian sambil menatap mataku.

Aku terhenyak. “Ah, ng-nggak kok!”

“Tapi Nayku jadi semakin lucu kalau bengong kaya gitu. Kaya anak kecil”

Aku mencibir mulutku lalu menyeruput cappuchino yang ku pesan.

“Nay”panggil Hasvian. “Boleh nanya gak??”tambahnya.

“Nanya apa??”tanyaku.

“Tapi kamu jangan marah ya??”

“Iya”

“Mmm... boleh tau gak kenapa waktu kejadian ‘itu’ kamu nangis??”. “Jangan bilang kalau kamu suka sama Ryan”ucapnya penuh harap.

Aku terdiam menatap sepasang bola mata yang menunggu jawabku. Mata Hasvian sangat bening dan berbinar. Hasvian adalah cowok yang sangat populer di sekolahku-Shena Senior High School. Ia bertubuh tinggi dan berisi. Kulitnya putih bagai orang Jepang, ia berpipi lesung dan berkacamata sehingga ia kerap disapa ‘Afgan’. Banyak yang bilang kalau Hasvian adalah masterpiece dan bukan manusia karena wajahnya yang rupawan. Hasvian juga ramah dan aktif di sekolah, maka tak heran bila ia terpilih sebagai Mr. Shena Senior High School.

“Nay...”pintanya lagi.

Aku harus bagaimana?? Jujurkah?? Atau berbohong lagi?? Aku tak mau selamanya jadi anak yang pembohong. Ditambah lagi aku sudah sering sekali membohongi perasaanku sendiri dan aku tak mau itu terjadi lagi karena hal itu sungguh membuatku sesak.

Terdengar lagu ‘Kau dan Dia’ karya Bebi Romeo dari speaker Restaurant sedang aku singgahi ini. Lagu ini memang menggambarkan jawabanku untuk pertanyaan yang dilontarkan Hasvian.

Maafkanlah karna aku

Cinta kau dan nya

Maafkanlah ku tak bisa

Tinggalkan dirinya

“Maaf, Vi”Aku memberanikan diri untuk bicara jujur.

Oh god...”komentar Hasvian sambil menutupi wajahnya.

“Aku emang suka sama kamu-tapi... Aku juga cinta sama Ryan”sambungku. “Kalo emang kamu ngerasa gak nyaman sama aku, yaa aku bisa terima kalo kamu mutusin aku cause ini kesalahanku. Terserah kamu mau nganggep aku apa, tapi yang pasti perasaan aku sama kamu itu bener ada, dan setidaknya aku udah nyoba buat jujur karena aku gak mau boongin kamu terus”

Hasvian hanya diam sambil terus menutupi wajahnya. Aku menunggunya untuk memberi tanggapan, tapi kata-kata tersebut tak keluar dari bibirnya. Air mataku mulai mengumpul dikedua pelupuk mataku. Rasanya aku ingin berlari dan mengangis sejadi-jadinya.

“Ok, kalo ini pilihan kamu aku bisa berbuat apa?? Thanks buat selama ini ya, Kak Hasvian. Semoga dapet cewek yang lebih baik dari aku”ucapku lalu besiap untuk beranjak pergi. Namun tangan Hasvian mencegahku.

“Gak ada gunanya kalo itu bukan kamu, Nay. Karena aku bener-bener cinta sama kamu”ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar, “Aku bakal bikin kamu punya perasaan yang sama kaya aku. Please, Nay-don’t leave me

Aku tersenyum tipis lalu duduk kembali. Aku menyentuh dagu Hasvian, lalu mengangkat wajahnya. “Vi, thanks ya. Aku bener-bener gak tau harus ngomong apalagi ke kamu, aku gak tau harus berbuat apa buat bales semua yang kamu beri ke aku. Tapi yang pasti aku bener-bener suka sama kamu”Aku tersenyum padanya.

“Cuma suka doang??”sindir Hasvian dengan lembut seraya mencubit gemas pipi kiri ku.

Aku tersenyum. “Iya, tapi sukanya suka banget”sahutku.

“Teteh”panggil Vino seraya mengerjakan PR nya.

“Apa, Pin??”tanyaku sambil membolak-balik halaman majalah yang sedang kubaca.

“Kenapa A Ryan gak kesini lagi, teh??”

Aku terbelalak. Ryan...

“Teteh juga gak tau, Pin”bohongku.

“Kemaren malem A Ryan kesini tau, nyariin Teteh”Vina menimpali.

“Nyariin Teteh??”bingungku.

“Yap!”

“Jam berapa??”

“Dari jam 8 malem sampe jam setengah duabelasan”

“Yaah mana aku udah tidur lagi, jadi aku kan gak bisa main berantem-beranteman lagi sama A Ryan”keluh Vino tiba-tiba.

“Sampe jam duabelas?? Kamu boong ya, Vin?? Kok kamu bisa tau kalau A Ryan nungguin Teteh sampe jam segitu??”tanyaku.

“Nggak, Teh. Aku gak boong. Waktu jam 8 malem aku sama Pengasuh Nana yang bukain pintu, A Ryan nanyain teteh terus aku jawab Teteh lagi pergi ke rumah Teh Nia dan gak tau nginep atau nggak. Terus A Ryan bilang kalo mau nungguinTeteh pulang aja, Pengasuh Nana nawarin nunggu di dalem, tapi A Ryan bilang mau nunggu di luar aja. Aku liatin dari jendela kamar aku A Ryan terus nungguin Teteh di luar, sampe kira-kira jam duabelasan aku ngantuk terus aku tidur"terang Vina.

“Sebelum kamu tidur A Ryan udah pulang??”

“Belum...”

Aku berpikir sejenak. Mengapa Ryan menungguku?? Sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan?? Ok, sebelumnya Ryan mengirimku sms bahwa ia ingin membicarakan sesuatu yang penting denganku, maka dari itu aku pergi ke rumah saudaraku dan menginap disana-maksudku untuk menghindarinya. Tapi dia terus menungguku, padahal aku tidak pulang.

“Aku rasa A Ryan udah ‘Cinta Mati 2’ sama teteh”komentar Pino.

“Iya ya! Makanya harus dijaga sampai mati”Vina menimpali.

“Jangan sampai ke lain hati”

“Nanti bisa bikin patah hati”

“Oh cinta mati”

“Cinta mati”

“Apaan sih kalian”ucapku yang sebenarnya ingin tertawa melihat kekonyolan kedua adik kembarku ini.

“Tapi kalo A Ryan Cinta mati 2 sama Teh Naya, terus A Hasvian sama Teh Ryena gimana dong, Pin??”tanya Vina pada Vino.

“Gak tau deh, Vin. Tapi aku juga setuju kalo teteh sama A Hasvian, tapi kalo sama A Ryan lebih setuju lagi. Kan kalo A Ryan sama Teh Naya, berarti Teh Ryena kan sendirian. Kan bisa sama aku. Abis teh Ryena cantik sih”

“Tapi Teh Ryena kalah cantik sama Mama, Teh Naya dan Teh Sara”

“Iya juga sih...”

“Tapi aku juga kaya kamu, Pin. Aku lebih setuju Teh Naya sama A Ryan, biar A Hasvian bisa buat aku”

“Heh, kalian itu masih kecil. Selesain tuh PR!”semprotku.

“Kalo aku nikah sama A Hasvian, aku bakal bulan madu ke Eropa”ucap Vina dengan lebay.

“Eropanya dimana, Vin??”tanya Pino.

“Di Amerika, biar bisa ketemu kembaranku yang satu lagi”

“Oh... terus nanti nikahnya mau dimana??”

“Di negara Asia”

“Waw, keren!! Kalo aku bagusnya nikah dimana ya sama Teh Ryena??”

“Kamu di Negara Arktik aja!”

“Ok. Nanti aku bulan madunya di bulannya aja sekalian, biar tinggal nuangin madunya. Kalo di bumi mah ribet, mesti bolaik-balik ke bulan-bumi. Terus nanti aku madunya pake madurasa aja, biar enak”

“Eh, aku juga deng! Tapi aku maunya madu kurma”

“Yaudah, nanti kita bulan madunya bareng aja, Vin. Oh, ya nanti kita terbang naik baling-baling bambunya doraemon, biar cepet”

“Ok, nanti bikinnya 11 ya, Pin??”

“Banyak banget, Vin. Buat siapa aja??”

“Aku, kamu, A Hasvian, Teh Ryena, Teh Naya, A Ryan, Mama, Papa, Teh Sara, A Ilham, dan Katty Perry”

“Oh, ok ok!!”

Aku tertawa lepas mendengar percakapan konyol adik-adikku.

“Kurasa Teh Naya mulai gila”ucap Pino.

“Udah kerjain PR sanaa!!”

From : Hasvian

Nayku, lagi apa?? Udah maem??”

To : Hasvian

Lagi dengerin musik di i-Pod. Aku udah makan daritadi...

Kamu sendiri?? Lagi apa and udah makan??

From : Hasvian

Sama, Nay. Aku juga lagi dengerin musik di i-Pod.

Tapi aku belum makan...

Pengen disuapin sama Nayku...

Hehe

To : Hasvian

Kita sehati ya???

Wetawetaweta

XD

Sini aku suapin...

Aaaaa...

Aduh, babe mangapnya jangan gede-gede, nanti ada kodok masuk

From : Hasvian

Iya dong...

Hehehe

Aduh aku mangapnya kegedean ya, babe??

To ; Hasvian

Iya... Tuhkan kodoknya masuk..

Awas keselek

From : Hasvian.

Iya nih babe, apa aku kunyah aja??

To : Hasvian

Iya, kunyah aja.

From : Hasvian

Aduh... aku kan pengennya keselek kamu, malah keselek kodok...

T,T

To : Hasvian

Weatwetaweta

Kamu mah gak mungkin keselek aku, Vi...

Kegedean,... keselek cintaku aja??

>_n

From : Hasvian

Justru kamu itu kalah gede sama cinta kamu ke aku, Nay...

Hehehe

To : Hasvian.

Iya deh, apa kata kamu aja honeeey....

From : Hasvian.

^^

Nay, ketemuan yuk!!!

To : Hasvian.

Kapan??

From : Hasvian.

Sekarang lah, honey bunny sweetie...

To : Hasvian.

Dimana??

From : Hasvian.

Di taman biasa aja, key??

To : Hasvian.

Tapi aku gak janji ya??

Aku izin dulu ke mama

From : Hasvian.

Ok, nanti kabarin aku lagi yaa??

To : Hasvian.

Iya...

Bye honey...

From : Hasvian.

Bye hime...

ILY A MY...

Mmuah! :-*

To : Hasvian

LY A MYT

Mmuah!!

Baru saja aku akan melangkah dan meninggalkan ponselku di kasur, tiba-tiba saja ponselku berbunyi kemdali. Ada sms!! Dasar Hasvian, baru saja smsan udah sms lagi... Ckckckck...

Kulirik layar ponselku, ternyata bukan Hasvian melainkan Ryan!!!

From : Ryan

Nay, gue pengen ketemu sama lo....

Kali ini aja... bisa gak???

Please Nay...

To : Ryan

Buat apa?!

Lo masih peduli sama gue?!

Pikirin aja tuh si Ryena!! Terserah lo!!

From : Ryan

Please, Nay...

Jangan siksa gue kaya gini...

Gue pengen banget ketemu sama lo, Nay...

To : Ryan

Setelah lo ngebentak gue?! Setelah lo bilang gue suck??

From : Ryan

Nay...

Please...

Gue sayang sama lo Nay!!!

To : Ryan

Gue pun sayang sama lo, Ry!! Makanya gue gak pengen sahabat gue yang satu ini terluka.

Apalagi karena cewek!!

Lo pernah mikir gitu gak, Ry??

From : Ryan

Aduh... bukan begitu...

Gue CINTA sama lo, Nay!!

To : Ryan

Itu bukan lelucon yang lucu!!!

Basi tau gak?!

From : Ryan

Nay, gue benet-bener cinta sama lo!!!

Bisa gak lo simak gue baik-baik??

To : Ryan

Ry, please... jangan ganggu gue...

Gue udah bahagia sama Hasvian..

From : Ryan

Pokoknya gue tunggu lo di sekolah, awas kalo gak dateng

Aku turun dari taksi setelah membayar ongkos. Angin berhembus cukup kencang dan memain-mainkan rambutku. Taman yang sangat luas dan gelap ini sudah tak asing lagi bagiku, ini adalah taman yang paling sering ku kunjungi.

Aku mengejar sosok pria itu. sosok pria menyebalkan yang sangat kurindukan. Dan sialnya taman ini sangat gelap. Aku jadi sulit untuk menemukan makhluk dadong itu.

Aku melihat seorang pria sedang bersenandung tak jelas. Sessekali ia melirik jam tangannya lalu bersenandung kembali. Aku tetap diam menatap pria bodoh itu. sekarang ia malah bergumam tidak jelas seperti orang tak waras. aku tertawa kecil.

“Nay??”sontak Ryan ketika melihatku datang menemuinya.

“Napa?? Gak suka gue kesini??”tanyaku dengan sarkas. “Ya udah gue pulang aja”

“Eits, Nay. Tunggu!!”Tangan Ryan mencegahku. Langkahku pun terhenti.

“Nay, gue pengen ngomong sesuatu hal yang penting banget buat hidup gue, elo, Hasvi and Ryena”

“Ya udah bilang aja”

“GUE CINTA SAMA LO, NAYA”ucap Ryan dengan nada sedikit ditekan.

Aku terbelalak. Cinta?? Jadi di sms itu...dia gak bercanda??

“Ry, stop okay?? I won’t to hear that stupid joke

No, Naya. That’s not a joke! I’m serious

Please Ry, jangan siksa gue dengan kata-kata lo. Jangan bikin gue berharap sama lo...”Tangisku pecah dikeheningan malam.

“Ma-maksud lo, Nay???”

“Pikir aja sendiri, bego!!”sahutku dengan ketus.

“Jadi, orang yang lo ceritain waktu itu gue??”

“Tau ah!!”

Ryan tersenyum. Lalu ia mendaratkan kecupannya dibibirku. “#3 kiss... Isn’t it??”tanya Ryan dengan berbisik ditelingaku.

No, It’s not.. #2 kiss”jawabku sambil berbisik juga.

“Lo bener-bener gak tau ya, Nay??”

“Tau apaan??”

“Gue pernah nge kiss lo waktu lo ketiduran di ruang tamu rumah gue waktu SMP dulu”

“Serius lo, Ry??”

“Yap!!”

Aku hanya diam tak memberi komentar. “Itu juga yang pertama bagi gue”tambah Ryan.

“Berarti cewek yang lo ceritain itu juga gue??”

“Yap!!”

Aku menatap Ryan. Ternyata orang yang slama ini ku cinta, juga mencintaiku. Orang yang slama ini aku harapkan, juga mengharapkanku. Terima kasih Tuhan... kau sungguh memberiku sebuah kebahagiaan.

“Gue cinta banget sama lo, Nay. Dari dulu malahan. Tapi waktu gue tau lo naksir sama Hasvi, gue minder Nay. Gue bener-bener udah gak bisa berbuat apa-apa, terlebih lo slalu bangga-banggain si Hasvi, selalu cerita tentang Hasvi and slalu bilang kalo lo suka sama dia. Itu bikin hati gue panas, Nay. Sampe akhirnya gue ketemu Ryena, gue pikir Ryena cukup manis. Ditambah lagi semakin hari lo semakin deket sama Hasvi. Yaa udah gue PDKT sama Ryena. Terus waktu tiba-tiba Hasvi bilang ke gue kalo dia sayang banget sama lo, gue ancur Nay!! Gue bener-bener gak tau harus gimana biar bisa ngadepin ini semua. Ngadepin fakta yang ternyata lo juga naksir sama dia! Ya udah gue nembak Ryema and berharap gue bisa ngelupain lo dengan sama dia. Tapi nyatanya apa?? Gue tambah sakit and cemburu waktu gue tau kalo lo sama Hasvi jadian!! Emang selama gue jadian jujur aja gue tambah sayang sama Ryena, tapi gak tau kenapa perasaan gue buat lo bertambah terus. Aduh kok gue jadi serius gini ya?”

Aku tersenyum simpul. “Gue juga cinta sama lo, Ry. Tapi lo udah keburu jadian sama Ryena. Waktu itu gue pengen manas-manasin lo and pengen tau reaksi lo waktu gue cerita tentang cowok lain, and nyatanya lo gak marah ke gue. Gue jadi putus harapan sendiri, Ry. Apalagi waktu lo mulai sering cerita tentang Ryena. Wah gue cemburu abis, Ry!!”

“Gue bisa bikin Naya Neviana alias Miss Shena Senior High School cemburu??? Waw, berarti gue hebat juga ya bisa naklukin hati lo yang sehangat planet Uranus”

Aku tertawa kecil. “Bukan Cuma hebat. Tapi hebat banget cause lo juga bisa ngerebut #1 kiss gue”

Ryan tertawa.

I’m the lucky guy”ucapnya.

Yes, you’re

Empat

Aku menyusuri koridor sekolah sendirian sambil mengingat kejadian malam tadi. Aku dan Ryan saling mengungkapkan perasaan kami masing-masing dan.... Ah, rasanya kejadian tadi malam bagaikan mimpi. Atau jangan-jangan memang hanya mimpi?? Sungguh tragis rasanya kalau itu hanya mimpi...

Koridor yang kulalui ini sangat padat oleh siswa-siswi Shena yang berlalu lalang. Rata-rata tujuan mereka adalah kantin yang setiap jam istirahatnya seperti pasar kaget saking ramainya. Beberapa siswa hanya berdiri sambil bercakap-cakap dengan siswa yang lain di depan sekolah. Ada juga yang sedang duduk dipinggiran dekat koridor sambil membaca buku pelajaran.

Ku lirik lapangan basket yang tengah ramai oleh siswa yang sedang asyik bertanding. Biasanya Ryan selalu ikut, tapi entah mengapa aku tak menemukan sosoknya disana. Duuuhh... jadi tambah kangen...

“Nayku”Satu tepukan mendarat di bahuku. Aku terhenyak lalu menoleh.

Oh god, aku melupakan Hasvian!!!

“Eh...Vi”sapaku kaku.

“Udah bawa hamster kalian ke dokter hewan??”

“Udah. Sorry banget ya, Vi”pintaku sok manis. Benar, tadi malam aku tidak menemui Hasvian dan lebih memilih menemui Ryan. Dengan alasan hamster peliharaan Vina dan Vino sakit, aku tidak menemui Hasvian. Tunggu, berarti kejadian malam itu nyata!! Tapi dimana gerangan Ryan sekarang??

“Iya, gak pa-pa, Nay. Nyantai aja... Oh ya kalo abis pulang sekolah bisa nemenin aku ke toko buku gak?? Mau nyari soal-soal buat UN. Bisa gak??”

Aku berpikir sejenak.

“Gak janji ya, Vi. Aku takut mama gak ada di rumah, apalagi hari ini Pengasuh Nana Cuma bisa jagain Vina and Pino sampe jam 3, soalnya anaknya sakit”jawabku setelah mengingat-ingat kata Mama pagi tadi.

“Ok, nanti hubungin aku ya!!”ujar Hasvi.

“Iya”

“Ke kantin bareng, yuk!! Aku yang traktir deh! Mumpung bayaran dari nge-band ada... Hehehe”

“Halah paling-paling Cuma ditraktir bakso mang ujang aja”sindirku.

“Hehe, jangan dinilai harganya, Nay. Tapi nilailah perasaan aku buat nraktir pacarku yang tercinta ini”sahut Hasvian sambil mencubit gemas daguku.

“Tercinta sih tercinta tapi gak usah pake nyubit juga kali!”

Hasvian terkekeh.

“Itu tanda cinta, Nay. Tanda cintaaa!!”

“Kalo tanda cintanya kaya gitu mah gue gak mau dicintain”

Hasvian menekuk wajahnya. Aku tertawa lepas. “Tapi gak ada salahnya juga sih dicintain sama bocah gila kaya lu!! Itung-itung nambah pengalaman”

“Jadi Cuma buat nambah pengalaman doang??”

“Iyap!”

“Ok, kalo gitu tiap hari gue cubitin lu!! Biar tau rasa!! Haha”

“Nanti gue bales dengan tendangan maut gue. Mau lu??”

“Ng...”Hasvian tampak kebingungan. “Gini deh resiko punya cewek anak karate, ketua klub debat mantan anak preman juga lagi”

“Siapa yang mantan anak preman, hah?!”

“Ya elu, Nay. Siapa lagi??”

“Ok, gue emang preman. Terus kenapa lu naksir sama preman kaya gue, hah?!”

“Abis premannya cantik and lucu sih! Hehe”

Aku mendengus lalu memukul gemas lengan Hasvi.

“Sorry,Vi. I can’t, mama bener-bener pulang malem”ucapku pada Hasvian di parkiran.

“Oh, mau aku anter dulu??”tawar Hasvian yang sedang menaiki motor Ninja nya.

“Nggak usah, makasih. Aku tau kebiasaan kamu yang hobby banget baca buku lama-lama di toko buku atau perpustakaan kota”

“Hehe yaudah ya, Nay. Aku duluan”pamit Hasvian lalu mengencangkan gas nya.

Aku terdiam menatap Hasvian yang hilang ditikungan jalan. Betapa sangat rajinnya dia begitu UN mendekat, rasanya berbeda 180% dari biasanya. Dulu kan dia sangat malas, meskipun demikian-dia slalu mendapat peringkat 5 besar sekolah. Aku menghela nafas lalu keluar gerbang sekolah untuk mencari taksi.

“Naya”sapa sesorang di belakangku. Aku menoleh. Ryan.

“Eh, elo Ry”balasku singkat lalu kembali mengalihkan pandanganku ke jalan.

“Lo gak bareng Hasvi??”tanya Ryan lalu membuka helmnya.

“Nggak, dia mau nyari buku buat UN dulu”

“Kenapa lo gak ikut, Nay??”

“Di rumah lagi gak ada siapa-siapa yang buat jagain Vina and Pino”

“Lha?? Kalo Pengasuh Nana??”

“Anaknya sakit, jadi Cuma bisa jagain sebentar”

“Oh gitu...”gumam Ryan. “Lo ngapain Nay disini??”

“Nungguin taksi lah!! Masa nungguin kebo??”

“Kirain...”Ryan mengangkat alisnya dengan genit. Entah maksudnya apa. “Eh, Nay bareng gue aja yuk!! Tapi nanti kita ke Rumah Es krim dulu, cause dulu gue pernah janji ke Vina and Pino kalo gue bakal bawain es krim buat mereka”

“Mereka mah tinggal dikasih es lilin juga jadi, Ry. Ngapain mesti ke rumah es krim?? Mahal!!”

“Gue ini yang bayar, Nay. Bukan elo”

“Uangnya cukup gak tuh??”

“Cukup Nay, tenang aja. Semua udah gue perhitungkan, gue juga udah nyiapin kado buat lo, Nay”

“Ok, tapi traktir gue juga ya?? Hehehe”

“Ah lo mah malakin gue mulu, Nay!!”

“Jadi kamu gak mau nraktir cewek yang kamu cinta nih??”sindirku sambil berbisik di telinga Ryan.

“Apapun buat Naya. Ahahahah”

“Teh Nayaaaa!!!”teriak adik-adikku sambil menyerbuku.

“Aduh, kalian ini kenapa sih???”heranku.

“Teh Naya pacaran sama A Ryan ya??”olok Vina.

“Ayoo ngakuuu!!”timpal Vino.

Kulirik Ryan. Wajahnya merah merona. Aku tertawa kecil. “Tanya A Ryan nya gih!”jawabku lalu melangkah masuk kedalam rumah sambil menenteng setas karton apel Fuji dan plastik biskuit untuk diberikan kepada pengasuh Nana.

“A, Aa pacaran sama teteh ya??”Terdengar suara Vina dari pelataran rumah.

“Ng-nggak tau deh!”jawab Ryan yang terdengar gugup.

“Pasti pacaran Vin! Buktinya A Ryan malu-malu gitu”Vino menimpali.

“Siapa yang malu-malu?”

“Tuhkan! Seperti orang Amerika bilang kakak itu ‘shy-shy cat’ malu-malu kucing”

“Ihh...Udahan dong”

“A Ryan mukanya merah kaya tomat!! Berarti A Ryan pacarnya Teh Naya!!”heboh Vina.

“Jangan teriak-teriak dong, Vin”ujar Ryan yang terdengar memelas.

Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala sambil berdecak.

Kudengar suara lompatan orang kedalam rumah. Aku yakin itu Vina, karena aku dapat mendengar bahwa Vino lagi konsultasi cinta dengan Ryan.

Vina berdiri disampingku. Ia menopang dagunya kesebuah meja yang tingginya sedagu dia. Matanya yang bening dan berbinar menatapku penuh harap. Aku menaikan alisku dengan heran.

“Kenapa, Vin??”tanyaku.

“Teteh, aku mau apel...”pinta Vina dengan memelas.

“Nanti kita beli di supermarket ya, ini buat Teh Nina”Nina adalah nama anak dari pengasuh Nana. Umurnya 1 tahun lebih muda dariku. Aku pernah melihatnya sekali, ketika ia mengantar pengasuh Nana ke sekolah Vina dan Vino untuk menjemput mereka. Padahal aku sudah ditugaskan oleh mama untuk menjemput mereka.

“Udah, Neng Naya. Gak papa-pa. Buat Neng Vina aja. Kasian atuh... Da Nina juga gak bakal abis kalo dikasih apel saloba kitu mah”ucap pengasuh Nana yang muncul dari keremangan ruang tamu.

“Kan bisa buat anak Ceu Naya yang lain”sahutku.

“Yaudah atuh kasih aja ke Den Pino dan Neng Vina satu. Da apelnya banyak ini”

Aku diam sejenak.

“Teteh....”

Aku mendesah. “Bilang makasih ke Pengasuh Nana”ujarku yang menandakan bahwa aku menyetujinya.

“Hore!!”girang Vina. “Makasih ya, Pengasuh Nana”.

Pengasuh Nana tersenyum simpul. “Iya Neng. Sama-sama”

“Nay”panggil Ryan ketika kami sedang menonton berdua di ruang tengah. Aku menyandarkan kepalaku dibahu Ryan sambil melahap kripik kentang.

“Apa??”tanyaku.

“Kapan kamu bener-bener bisa sama aku??”tanya Ryan.

Aku tertegun lalu membenarkan posisi dudukku. Aku mengalihkan pandanganku pada Ryan yang juga sedang menatapku penuh arti.

“Ry, gue janji secepatnya. Ini bukan hal yang mudah. Kita udah bisa mendam perasaan ini selama bertahun-tahun, apa lo gak sanggup buat nunggu gue lagi?”jawabku.

“Gue bakal nunggu lo, Nay. Sampai kapanpun. Gue bener-bener cinta sama lo Nay. Tapi gue gak mau kalo lo terus-terusan main curang kaya gini. Kasian Hasvi, kalo lo lebih milih Hasvi, It’s okay, gue bakal pergi dari kehidupan hati lo. Tapi gue bakal tetep jadi temen lo. Apapun yang bisa buat lo bahagia, Nay. Gue juga bahagia, meskipun pada akhirnya gue yang harus menghilang”

“Aduh, Ry kok lo jadi seriusan gini sih?”olokku sambil mendorong wajah Ryan kesamping.

“Emang dari dulu gue serius, makanya gue mau ngelamar lo”sahut Ryan bercanda.

“Bisa-bisa tiap detik terancem cerei deh kita”

“Biarin, yang penting pengantinnya Naya. Hehhe”

“Dasar”Aku memukul gemas lengan Ryan.

“Dasar atau dasaar”sindir Ryan dengan lembut sambil mencubit gemas daguku.

“Udah apa jangan ngeledekin gue mulu!!”

Terdengar suara langkahan kaki dari arah tangga kearah sofa yang aku duduki. Aku tidak menggubrisnya dan berusaha untuk fokus kepada film yang sedang kutonton. Tak lama kemudian terdengar suara grasak-grusuk dari balik sofa. Aku mulai merasa kesal. Aku pun melihat kebalik sofa. Vino...

“Lapor komandan, Teh Naya sedang mesra-mesraan sama A Ryan”ucap Pino kepada Vina melalui walkie talkie.

“Laporan diterima, silahkan pantau terus kegiatan mereka”sahut Vina dari walkie talkie.

“Kopi det!”

“Pinooooo!!! Vinaaaa!! Kalian jangan rese deh”pekikku.

“Waaa Teh Naya marah”seru Vino lalu kabur. Aku mengejar Vino dari belakang. Sementara Ryan, kulihat ia tertawa kecil.

“Aaaaaaaa!!! Komandan, rahasia kita terbongkar!!”seru Vino pada Vina melalui walkie talkie.

“Cepat kabur!! Muf, muf, muf!!”

“Kopi det!!”

Aku menyusuri koridor kelas 12. Aku mencari kelas 12exact-1, kelas Hasvian. Aku tak mau terus menerus melakukan kecurangan padanya, menyakiti hatinya dan menusuknya dari belakang. Maka hari ini aku pun berniat untuk berkata apa adanya pada Hasvian.

Aku mengedarkan pandanganku pada kelas Hasvian. Aku terus mencari sosoknya, namun tak kudapati. Melihat kebingunganku, seorang siswi tinggi putih dan berambut sebahu menghampiriku.

“Nyari Hasvi ya, Nay?”tanyanya.

“Iya, Teh. Kak Hasviannya dimana??”Aku memanggilnya dengan sebutan ‘Teteh’ karena tidak mengetahui namanya.

“Kamu gak tau Nay?”

“Tau apa??”

“Hasvi kecelakaan”

Aku terbelalak. Tenggorokanku terasa tercekat. Kecelakaan??

“Kecelakaan?”tanyaku memastikan.

“Iya, kata temennya Hasvi pergi ke Braga buat nyari kado buat Naya”Aku kembali terbelalak. Kado untukku??

“Berangkatnya sih gak pa-pa katanya, Cuma waktu pulangnya hujan deres nah si Hasvi gak bawa jas ujan. Jadi aja dia ngebut dan.... keserempet bus besar’sambung gadis itu.

Aku termangu lalu menunduk. Air mataku sudah siap untuk membasahi pipiku. Tangisku sudah siap untuk pecah.

“Nay, dia cinta banget sama lo. Gue Nichla, temennya Hasvi dari SD. Gue kenal banget Hasvi, dia gak sampe segininya ke cewek-ceweknya yang dulu. Baru pertama kalinya dia senyam-senyum gak jelas nyeritain seorang cewek, baru pertama kalinya dia mau rela ujan-ujanan demi ceweknya. Padahal dia cuek banget!!”paparnya. “Gue harap lo gak Cuma mainin dia, Nay”kata Nichla.

Kata-kata Nichla seolah-olah menamparku. Hasvian.. Dia sungguh-sungguh menyayangiku!! Mencintaiku!! Mengapa justru aku berniat untuk mengkhianati cintanya yang tulus itu?!

“Teh, Kak Hasvian dirawat dimana??”tanyaku dengan suara bergetar.

“Hasan Sadikin, Lo mau jenguk??”

Aku mengangguk pelan.

“Lo bawa kendaraan??”tanya Teh Nichla.

Aku menggeleng. “Nggak, Teh”

“Yaudah nanti lo bareng gue aja ya! Kita sama-sama jenguknya”

“Makasih, Teh”

“Nayaaa!!!”sapa Ryan dengan penuh semangat. Aku melemparkan pandanganku padanya lalu kembali menunduk sambil melangkah gontai meninggalkan kelasku.

Ryan mengernyitkan keningnya. Ia pun datang menghampiriku.

“Lo kenapa sih, Nay?? Kok lemes amat??”tanya Ryan sambil menatapku dan berjalan meyeimbangi langkahku yang cepat.

“Hasvian kecelakaan, Ry”sahutku menghindari tatapannya.

Ryan terlihat kaget. “Lo serius, Nay?”

“Buat apa gue boong?? Gak ada gunanya juga”

Ryan terdiam sejenak. “Jadi??”

“Lo pasti ngerti kan, Ry?”

Ryan terdiam sambil menghentikan langkahnya. Ia tampak murung, aku tetap melangkah seolah tak memperdulikannya.

“Jadi ini pilihan lo?”tanyanya dengan suara bergetar.

Aku berhenti dan menoleh. “Iya, Ry. Gue gak mungkin ngelakuin kecurangan ini lama-lama dan hati gue udah mantap buat milih dia. Ini yang terbaik”jawabku tenang padahal hatiku begitu bergejolak.

Ryan menunduk sejenak. “Ok, gue ngerti Nay. Tapi kita masih bisa temenan kaya dulu kan?? Lo bakal tetep jadi Naya yang cerewet kan?”

“Gue gak tau pasti, Ry”lirihku.

“Oh... Tapi gue harap lo gak nyuekin gue ya Nay?”

“Mungkin untuk beberapa waktu gue bakal ngindar dari lo, Ry. Biar gue gak sakit, gue pun menganjurkan hal ini ke lo”

“Tapi jangan lama-lama ya Nay?? Gue kesiksa”

“Justru biar lo bisa ngelupain gue!! Makanya lo harus ngindar dulu dari gue!! Gak usah cari gue, gak usah ngubungin gue lagi!! Gue mau ngapus tentang lo dari ingatan gue”

“Nay, apa gak bisa kita tetep jadi sahabat??”

“Itu butuh waktu, Ry”

“Meskipun lo ngelupain gue, gue gak bakal ngelupain lo, Nay. Cause bagi gue, lo itu yang terindah di dalam hidup gue. Gue akan tetep sayang and cinta sama lo, Nay”

Please, jangan ngomong kaya gitu. Gue gak mau denger kata-kata lo, lebih baik lo baikan sama Ryena”

Wajah Ryan terlihat merah padam. “Gue tau Nay, lo punya hak buat pacaran sama siapa aja. Tapi gue juga punya hak buat sayang sama siapa aja!! Gue gak bakal ngancurin hubungan kalian kok!! Gue Cuma pengen mempertahankan perasaan gue!! Apa itu salah?! Itu hak pribadi Nay!! Lo gak boleh ngatur perasaan gue!! Gak terbesit satupun niat bikin hubungan lo sama Hasvi ancur dalam benak gue!! Apa sih untungnya buat gue?! Gak ada Nay!! Ada juga gue jadi dibenci sama Hasvi, bahkan lo!!”hardik Ryan dengan sedikit berteriak. “Gue Cuma mau sama cewek yang gue cinta, mungkin suatu saat nanti gue bakal ketemu sama cewek itu jadi gue gak bakal ganggu hubungan lo. Cewek di dunia ini banyak”lanjutnya.

“Tapi gue gak nyaman sama perasaan lo ke gue!!”

“Nay, meskipun lo tetep ‘ada’ gue gak bakal ngancurin lo. Gue Cuma pengen lo bahagia, meskipun bukan dengan gue”jawab Ryan dengan tersenyum tulus.

Melihatnya tersenyum seperti itu membuatku tambah ingin menangis di dadanya yang bidang. Aku memutar tubuhku dan berjalan menjauhi Ryan. Kudengar sayup-sayup Ryan terisak-isak.

Maafin aku Ry...

Ditemani Teh Nachla, aku pergi ke kamar rawat Hasvi di RS Hasan Sadikin. Teh Nachla membuka pintu kamar rawat 1801. “Halo, Vi!! Liat tuh siapa yang dateng!”seru Teh Nachla lalu meletakan tasnya diatas countainer kecil disamping tempat tidur Hasvi.

Aku muncul dari balik tubuh Teh Nachla sambil membawa bingkisan buah yang tadi kubeli di supermarket.

“Naya??”Hasvian terlihat terkejut melihat kedatanganku. Ia mencoba untuk duduk sambil bersandar pada bantal, namun ia terlalu lemah untuk melakukan hal itu. aku segera meletakan bingkisan tersebut diatas countainer kecil itu, lalu menghampiri Hasvian dan menyelimuti dirinya dengan selimut.

“Udah, Vi kamu tiduran aja”ujarku sambil mencoba untuk tersenyum semanis mungkin.

Hasvian menurut dan membiarkan tubuhnya terbaring lemas di ranjang tersebut. “Nay, kamu tau darimana aku dirawat disini?”

“Dari gue lah!”sahut Teh Nachla seraya menghempaskan tubuhnya di sofa dekat pintu kamar rawat tersebut.

“Gue gak nanya lo!”sahut Hasvian.

“Yaudah ya, gue pengen balik aja. PR numpuk euuy!!”

“Lha, lo marah sama gue Chla??”

“Nggak, PR gue beneran numpuk kok!! Lo sih enak besok gak masuk sekolah, lha gue??”

“Yaudah kalo gitu tukeran aja deh, Chla. Lo yang keserempet, gue yang ngerjain PR. Gimana??”

“Na’uzzubillah min zallik”

“Lagian lo mah ngomongnya sembarangan”

“Iya deh, maap!! Udah ya gue Cuma mau numpang ngadem doang di sini”ujar Teh Nachla sambil bangkit dari duduknya dan menyambar tasnya.

“Maaf ya, Teh. Naya jadi ngerepotin Teh Nachla”ucapku sambil menatap Teh Nachla.

“Iya gak pa-pa Nay. Gue seneng kok bisa bantu lo and tuh kucrut”sahutnya. “Take care, ya!!”Ia menepuk bahuku lalu pergi meninggalkan kami berdua.

“Kenapa sih kamu gak ngabarin aku?”tanyaku seraya mengusap-usap kening Hasvi dengan jemariku.

“Aku gak mau kamu khawatir, Nay”jawab Hasvi tersenyum penuh arti.

“Tapi gak gini juga kali, Vi...”sahutkku lemah.

Hasvi hanya tersenyum melihatku. Tubuhnya tersambung dengan alat-alat medis yang tak ku ketahui kegunaannya. Kaki dan tangannya terbalut perban putih. Dari tangannya dialiri air dari tiang infusan. Terlihat gurat kesakitan di wajahnya, namun ia selalu mencoba untuk tersenyum di depanku.

“Ya, aku pikir ini pun terlalu berlebihan. Sebab jika nanti aku mati, aku tidak dapat melihatmu menjengukku”sahut Hasvian asal-asalan.

“Hush! Jangan ngomong gitu ah! Gak lucu tau!”

Hasvian terkekeh. “Cuma bercanda”

Aku manyun.

“Jangan cemberut gitu dong, Nay! Jelek tau!”olok Hasvian.

“Bair jelek gini, kamu naksir. Hehe”

“Bukannya Cuma naksir, Nay! Tapi cinta”

“Iya aku tau. Mau aku kupasin apel??”

“Ok, yang banyak ya Nay!”

“Emang kamu kuat makannya?? Lagian apel itu terlalu keras, kasian leher kamu yang patah tuh!!”

“Gak patah, Nay. Cuma kekilir”

“Sama aja”

“Beda, Nay. Kalo patah mah lebih parah dari kekilir”

“Coba patah, pasti seru”

“Kamu doain leher aku patah, Nay? Kalo leher aku patah, kemungkinan aku cepet meninggalnya”

O.K

TNF

BISFFM”

Hasvian menekuk wajahnya. Sedangkan aku hanya tertawa dan mengupaskan apel untuknya.

“Jelek lu, Vi”olokku. Hasvian hanya membuang muka seolah-olah marah padaku.

“Nayaaa”

“Yang tadi itu apa??”gumamku.

Aku mencoba untuk membuka kedua mataku dan bangun dari tidurku. Kulirik jam wekerku, pukul 12.39 malam...Aku kembali menghempaskan tubuhku di atas kasur empukku. Mimpi tadi... Mengapa aku memimpikan Ryan??

Kepalaku terasa pening. Aku mengerjapkan mataku. Pandanganku pun menjadi kabur. Hey... Sejak kapan kamar tidurku menjadi berkabut begini??

“39,5 derajat”ucap Mama sayup-sayup.

Aku membuka kedua mataku, hanya kabut putih yang menyelimuti pandanganku. Namun lambat laun kabut itu berubah menjadi sosok Mama ku yang sedang menatapku dengan cemas.

“Kamu kenapa sih, Nay?? Kok bisa demam tinggi gini??”tanya Mama ku penuh harap cemas.

“Naya juga gak tau Ma...”sahutku pelan. Entah suaraku terdengar oleh Mama atau tidak. Aku mencoba untuk duduk, namun kepala ku kembali terasa sakit-seperti ada palu godam yang menghantamnya.

“Udah, Nay kamu istirahat aja. Mama udah nelepon Bu Shinta”ujar Mama sambil mencoba untuk menidurkan ku kembali dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang sangat tebal.

“Minum”lirihku sambil menatap segelas air yang terletak di atas meja kecil samping tempat tidurku.

“Apa??”tanya Mama ku sambil menatapku dengan heran dan mencoba mencari objek yang sedang kulihat. Memang, suaraku sangat kecil jadi wajar saja bila Mama ku tak mendengar permintaanku. “Oh, Minum??”Sepertinya beliau sudah mengerti maksudku.

Aku mengangguk pelan. Mama membantuku untuk duduk dan membantuku untuk menegak habis air yang ada di gelas itu. Lalu, Mama kembali menidurkanku dan menyelimuti tubuhku.

“Tadi Ryan kesini”kata Mama. “Awalnya dia nelpon ke Hp kamu, terus Mama angkat dan bilang kalo kamu lagi sakit. Terus pagi-pagi sekali dia kesini, jenguk kamu. Dia bawain buah pear kesukaan kamu. Buahnya ada di kulkas, kamu mau Mama kupasin pearnya??”lanjut beliau.

Aku menggeleng lemah.

“Yaudah, kalo kamu mau sesuatu misscall aja ke Hp Mama atau telepon rumah, nanti Mama langsung kesini”ujar Mama.

“Mama gak kerja?”tanyaku.

Mama menggeleng, lalu tersenyum “Nggak, sayang. Mana mungkin seorang ibu bisa kerja dengan tenang kalo anaknya yang cantik ini lagi terbaring lemah?? Apalagi demam kamu tinggi banget, Nak. Nanti ke RS ya?? Tentu aja kalo kamu udah agak baikan”jawabnya sambil mengusap lembut kepalaku.

Aku tersenyum tipis membalas senyuman tulus Mama. “Iya, Ma”

“Yaudah Mama ke bawah dulu ya?? Sebentar lagi Vina sama Pino harus berangkat sekolah. Kamu istirahat aja ya!”Mama bangkit dari duduknya.

Aku mengangguk.

“Met istirahat, sayang”Satu kecupan sayang dari Mama ku mendarat di keningku. Mama tersenyum penuh arti lalu meninggalkanku sendiri di kamar. Senangnya dimanja oleh Mama...

Aku menatap langit-langit kamarku yang berwarna biru langit. Mengapa Ryan menghubungiku lagi?? Mengapa ia tidak pergi menghindar dariku?? Mengapa ia tidak membenciku padahal aku sudah begitu jahat padanya?? Mengapa aku masih memikirkannya?? Mengapa aku.... Masih mencintainya?? Mengapa??

Kudengar decitan suara pintu kamarku terbuka. Aku melirik kearah pintu. Kulihat Vino muncul dari balik pintu, disusul Vina yang menyembul dari belakangnya. Mereka berdua sudah rapi mengenakan seragam sekolah mereka. Vina tampak lucu dengan bando yang menghiasi kepalanya, dan Vino tampak menggemaskan karena rambutnya diberi sedikit gel.

“Teh Naya”panggil mereka berdua sambil menyerbuku.

“Kenapa??”tanyaku lemah.

“Teh Naya sakit apa??”tanya Vina.

“Teteh gak kena penyakit flu mamalia kan??”Vino menimpali.

“Kucingnya jahat! Bikin Teteh sakit ya?? Nanti kucingnya Vina pukul, Teteh tenang aja ya!”

Memangnya aku anak kecil seperti kalian apa... Dasar Pino! Sok tau!! Dan Vina Dadong!!

“Nggak, Vin, Pin. Teteh Cuma demam kok! Lagian gak ada penyakit yang namanya flu mamalia”ujarku.

“Oh....”komentar Vino dengan singkat. “Tapi Teteh sakitnya yang lama yah?? Biar gak ada yang bawel marah-marahin kita”sambungnya.

“Iya, Teh. Aku doain semoga Teteh lama sakitnya, biar aku bisa bebas mainin parfum Teteh”Vina menimpali.

Sial...

“Kalo aku sih pengennya Teteh sakitnya sampe 1 minggu”kata Vino.

“Kalo aku sih pengennya 1 bulan”sahut Vina.

“Kalo Teteh sih pengennya Teteh sakit selama 1 abad!”sahutku dengan kesal.

“Apa?? Satu babat?? Soto babat kali, Teh”Vina membetulkan sok tau.

“Si Teteh kalo sakit jadi ngawur gini”komentar Vino.

“Bukan, satu abad itu 100 taun. Ngerti??”

“Kopi det!”sahut Vina dan Vino bersamaan.

“Tapi, emangnya Teteh bisa hidup sampe umur 116 taun?”tanya Vino

“Tau nih si Teteh! Mana bisa”

“Teteh kan tukang ngibul, kaya baru tau aja kamu, Vin”

“Emangnya kamu nggak apa, Pin? Orang kamu lebih sering boong daripada Teteh”

“Setidaknya aku gak pernah ngeboongin umur”

“Tapi kamu udah boong tentang hal yang lain”

“Tapi nggak dengan umur”

“Tapi tetep aja boong! Dasar Pinokio!!”

“Biarin, Pinokio kan ganteng, idungnya mancung mirip aku”

“Pinokio mah gak ganteng, gantengan juga Tom Krus”

“Tom Krus itu siapa, Vin??”

“Ih, Pino udah jelek, tukang boong, masih aja norak”Aku tertawa kecil. Mereka kan kembar, kalau Vino jelek yaa pasti Vina juga jelek. Dasar dadong.

” Tom Krus itu...”

“Siapa deh, Vin??”

“Itu tuh yang jadi Tom di Tom and Jerry”

“Bukannya Tomas??”

“Tomas mah nama kucing peliharaan Tente Ria”

“Itu Nyimas”

“Nyimas mah minuman!!”

“Itu Marimas!”

“Aku lebih suka pie apel daripada pie stroberi”

“Kalo aku lebih suka yakiniku daripada sukiyaki

“Kalo aku lebih suka dijepit atau dibando daripada dikuncir”

“Kalo aku lebih suka ke sekolah naik pesawat jet pribadi aku daripada dianterin sama Mang Iwan”

“Emang kamu pernah??”

“Pernah dong! Waktu kamu sakit minggu kemaren kan aku naik pesawat jet pribadi aku”bohong Vino.

“Emang??”

“Yap!”

“Wah, kereen”kagum Vina. “Nanti ajak-ajak aku ya?”

“Ok!”

“Tapi, Pin...”

“Apa??”

“Bukannya minggu kemaren kamu yang sakit ya??”

“Oiyaya! Berarti minggu kemarennya lagi”

“Semester dua ini aku belum pernah absen kok..”

“Berarti semester kemaren”

“Oh gitu...”Betapa bodohnya Vina mempercayai ucapan Vino.

Dari luar terdengar Mama memanggil mereka berdua. Vina dan Vino mengecup pipiku bersebelahan, lalu meninggalkanku sendiri dalam kamar yang disinari oleh cahaya mentari dari balik kaca.

Dasar adik-adik dadong..

Lima

Hari ini Shena Senior High School ada upacara perpisahan yang hanya boleh dihadiri oleh siswa-siswi kelas 2 dan 3 tentunya. Setiap angkatan pasti akan diwakili oleh seorang murid dengan nilai ujian tertinggi. Dan-tahun ini-yang akan-berpidato-adalah-Ryan!!

“Sudah tak ada kata lagi untuk menggambarkan kesan dan perasaan saya selama bersekolah disini. Rasa senang saat pertama kali menginjakan kaki di Shena Senior High School sebagai murid, rasa bangga ketika saya dipercayai menjadi ketua OSIS angkatan 23, rasa haru saat dinobatkan menjadi murid dengan nilai terbaik 3 tahun berturut-urut dan menjadi lulusan terbaik di sekolah ini-bahkan kota Bandung dan rasa sedih karena harus meninggalkan sekolah ini begitu cepat”ucapnya.

Aku memperhatikannya dengan serius. Ryan tampak rapi dengan seragam sekolah lengkap dengan jas dan dasinya. Suaranya menggema di setiap speaker yang sudah disusun rapi dan sesuai dengan kebutuhan. Rambutnya tampak hitam berkilau di bawah sinar mentari pagi. Lucu. Kulitnya memerah, mungkin ia merasa panas karena pagi ini mentari memang cukup terik.

“Banyak yang tlah kami lewati selama 3 tahun disini, khususnya bagi saya. Bermain basket di tengah lapang, bercakap-cakap di bawah pohon rindang, dan lain sebagainya. Bagi saya, kenangan itu sangat berarti dan tak mungkin saya lupakan sampai kapanpun. Terlebih selalu ada seorang...sahabat yang slalu ada ketika saya benar-benar membutuhkannya. Thanks Shena... Saya tak akan melupakanmu. Dan untuk adik-adik kelas kami, kami titip Shena. Semoga kalian bisa membawa Shena kearah yang lebih baik dan mengukir prestasi yang lebih baik dari sebelumnya, karena pengabdian kami pada Shena akan berlanjut diluar sana. Sekian pidato dari saya, mewakili kelas 3 angkatan 26. terima kasih atas perhatiannya”papar Ryan lalu turun dari stage.

Pidato yang disampaikan oleh Ryan dihadiahi tepuka tangan yang sangat meriah dan kekaguman dari anak kelas dua. “Kak Ryan emang keren banget ya!!”kagum seorang siswi disebelahku.

“Iya, nanti aku mau minta dasi and jasnya ah!”sahut teman disebelahnya.

“Ih aku juga mau ikutan”ucap gadis itu.

Memang, di Shena Senior High School pasti ada acara bebas setelah upacara kelulusan. Hal ini selalu digunakan untuk meminta dasi atau jas kepada senior yang terkenal atau sangat disukai. Tahun kemarin aku mendapat dasi beserta jas senior Rengga-senior yang sangat terkenal dan dikagumi banyak siswi, padahal dulu aku tidak begitu akrab dengannya.

Pada saat acara perebutan dasi dan jas para senior, semua murid diizinkan ikut acara ini. Tak ada perlakuan spesial untuk hal ini, mungkin karena acara ini merupakan acara terunik yang sudah menjadi ciri khas dari Shena. Dan biasanya pula, malam pada hari upacara kelulusan akan diadakan pesta topeng dimana seluruh murid Shena diwajibkan datang dengan topeng dan gaun malam untuk siswi atau jas untuk siswa. Siswa pun akan mendapat topeng secara acak, dan tidak boleh membawa ponsel agar pasangan dansanya ketika acara puncak nanti benar-benar mengacak-tidak sessuai kehendak.

“Sekianlah upacara kelulusan tahun ini, peserta dipersilahkan untuk membubarkan diri”ucap sang MC.

Semua siswi berhamburan-menyerbu para incarannya. Para siswa pun tak kalah untuk mendapatkan dasi dan jas dari senior cewek pujaan mereka. Aku hanya diam dan melihat sekelilingku. Kulihat ada perkumpulan siswi yang membentuk lingkaran. Aku yakin, salah satu senior terkenal sedang terkepung dan tidak dapat membebaskan diri dari siswi-siswi tersebut. Dan Ryan... Ah, tentu saja dia menjadi senior yang paling diincar oleh siswi-siswi Shena. Kulihat ia panik ketika ada seorang siswi yang mencoba untuk melepaskan jasnya.

Sementara Havian... Ah, dia tak kalah dikerubuti oleh junior-juniornya. Bahkan ia berlari-lari di lapangan untuk menghindari para siswi yang sedang memburu dasi dan jasnya. Maklum saja, Hasvian kan ketua klub Karate ditambah lagi dia peringkat 4 sekolah jadi wajar saja kalau dia diburu oleh para penggemarnya itu.

Aku tertawa kecil melihat Hasvian lari dengan kencangnya sambil berteriak-teriak ‘permisi’ agar orang yang menghalangi jalannya menghindar dan para siswi yang mengejarnya pun berkurang, namun ia justru mendapat pemburu baru yang siap untuk memburu dia sampai mereka benar-benar kelelahan atau dasi dan jas itu menghilang dari tubuhnya.

“Nay, lo gak ikutan berburu dasi??”tanya Gichalicha mengalihkan pandanganku.

“Lo sendiri??”tanyaku balik.

“Nih gue udah dapet”jawabnya sambil memperlihatkan sebuah dasi kotak-kotak berwarna merah dan jas dengan warna senada. “Punya Kak Cheefron, lumayanlah dia kan termasuk 10 cowok inceran di Shena. Daripada gak dapet sama sekali. Lo gak ngambil dasinya Kak Hasvi, Nay?”

“Males gue ikut-ikutan lari. Panaaass”

“Lo mah enak, orang Kak Hasvi cowok elo, jadi lo pasti dapet dasi and jasnya Kak Hasvi tanpa susah payah padahal Hasvi kan cowok kedua inceran anak Shena”

“Gak gitu juga kali, Cha”

“Kalo si Ryan mau dikasih ke siapa tuh dasi and jasnya?? Ke lo atau ke Ryena?”

“Mana gue tau... Tanya aja ke orangnya”

“Kalo lo dapet dasi and jas dia lagi lo bener-bener amazing! Cause taun kemaren lo dikasih dasi and jas dari senior Rengga dengan cara yang sangat mudah, tinggal nunggu di kelas tapi dapet dasi and jas senior inceran nomer satu. Masih mending kalo lo langsung nerima tuh barang, eh lo tolak dulu sampe senior Rengga mohon-mohon ke lo buat nerima dasi and jasnya dia. Padahal kan banyak junior dia yang sangat menginginkan tuh barang berharga, termasuk gue”

“Itulah sebabnya mengapa gue dinobatkan sebagai Miss Shena. Hehehe”narsisku.

“Najis lu, Nay!”

Aku kembali terkekeh. Tiba-tiba saja seorang senior yang sangat terkenal datang menghampiriku. Gichalicha menyiku lenganku.

“Nay, Senior Freddie Nay, senior Freddiiie”ucapnya setengah berbisik.

“Terus??”tanyaku acuh tak acuh.

“Pake terus terusan segala lagi! Tuh orang kan senior ke 6 inceran Shena”

“So??”

“Ah elo mah...”

“Nay, kok gak ikut memburu?”tanya senior Freddie.

“Nggak, Kak. Capek”sahutku bohong.

“Oh... Mau simpen dasi and jas Kakak gak?”

“Nggak usah, Kak. Buat yang lainnya aja, kasian tuh merea daritadi ngejar-ngejar Kakak. Bukannya Naya sombong tapi gak enak Kak...”

“Gak enak sama Hasvi??”

“Iya...”

“Ya ampun, Nay. Cuma nyimpen jas sama dasi doang”

“Sorry, Kak”

“Ayolah, Nay”

“Mereka lebih berhak dari aku, mereka udah usaha buat dapetin dasi dan jas Kakak. Gak adil rasanya kalo aku yang gak ngapa-ngapain dapet jas Kakak”

“Dasi aja deh Nay”

“Nggak, Kak. Maaf”